REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis naskah film Surat dari Praha Irfan Ramli mengaku ikut hidup bersama dengan orang-orang yang terusir akibat peristiwa politik 1965. Hal itu ia lakukan untuk mendapatkan nuansa dan riset yang mendetail dalam menulis naskah film yang disutradari Angga Dwimas Sasongko.
Pernyataan Irfan sekaligus menepis tuduhan plagiarisme dari penulis Yusri Fajar. "Mulai Januari 2015 kami bertemu langsung (dengan orang yang terimbas situasi politik 1965). Saya melakukan riset dan hidup bersama," ujarnya, Senin (1/2).
Irfan mengisahkan, inspirasi menggarap Surat dari Praha sudah lahir sejak 2013. Di saat yang bersamaan ketika memproduksi film Cahaya dari Timur, Irfan berbincang dengan Angga Sasongko untuk merealisasikan ide tersebut.
Ide tentang isu politik 1965, kata Irfan, sebenarnya sudah lama ia minati. Ia pun kerap berbincang dengan sejarawan membahas isu tersebut.
Selain itu, produksi film tersebut juga untuk mengapresiasi 20 tahun Glenn Fredly berkarya. Oleh karena itu, empat lagu karya Glenn ditampilkan dalam film yang dibintangi Julie Estelle.
Irfan menyayangkan, tuduhan menjiplak dari Yusri Fajar justru datang sebelum film dirilis ke publik. Bahkan, ujarnya, buku kumpulan cerpen karya Yusri dengan judul yang sama hanya diproduksi sekali sehingga sulit ditemukan untuk dijadikan perbandingan.
"Cerita ini hasil kolaborasi kreatif banyak pihak dan bukan adaptasi dari buku," kata Irfan.