Rabu 20 Jan 2016 08:49 WIB

Jelaskan Terorisme ke Anak, Ini Caranya

Rep: Aprilia Safitri Ramdhani/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi Ibu bersama anak laki-laki dan perempuan.
Foto: Republika/ Wihdan
Ilustrasi Ibu bersama anak laki-laki dan perempuan.

REPUBLIKA.CO.ID, Ledakan yang terjadi kawasan Sarinah Thamrin beberapa hari lalu belum luput dari benak masyarakat. Orang tua di rumah memilih menonton tayangan berita seputar itu, termasuk membahasnya, di hadapan anak-anak.

Anak dengan usia sudah cukup besar umumnya telah paham apa yang terjadi. Sebaliknya, anak-anak usia SD ke bawah sebatas mengira-ngira kejadian yang sesungguhnya terjadi. Perlukah orang tua meluangkan waktu khusus membahas soal terorisme, serangan bom, hingga kejadian serupa lainnya?

Dosen psikologi Universitas Indonesia Nathanael EJ Sumampouw M.Psi, mengungkapkan bahwa sebenarnya hal tersebut memang perlu dijelaskan kepada anak-anak secara perlahan. Tujuannya adalah agar anak mengetahui informasi apa yang mereka lihat dan dengarkan.

"Kita sebagai orang tua cukup mengumpulkan pertanyaan si anak, barulah kemudian memberikan penjelasan mengenai apa yang sebenarnya telah terjadi. Jangan berikan harapan palsu kepada anak, untuk itu sebaiknya katakanlah kejadian yang telah terjadi secara perlahan," ungkapnya di Jakarta, Selasa (19/1).

Nael melanjutkan, bahwa sebuah peristiwa yang terjadi kemarin memang dapat memberikan dampak traumatik pada anak. Ini merupakan suatu reaksi yang sangat wajar terjadi.

Ketika mengalami peristiwa traumatik, yang tidak wajar adalah pengalamannya. Untuk itu, agar pengalaman traumatik ini tidak membekas hingga mereka beranjak dewasa dan mempengaruhi perilakunya, sebaiknya upayakan untuk selalu terbuka dan menjelaskan suatu peristiwa yang terjadi kepada anak.

"Kebutuhan mendasar seorang anak tak hanya sandang, pangan dan papan. Mereka pun membutuhkan informasi mengenai kejadian yang ada disekitarnya. Semua informasi penting untuk diberitahukan kepada sang anak, asalkan orang tua harus pandai menjelaskan pelan-pelan agar tidak terjadi kesalahpengertian," lanjut Nael.

(baca: Iklan Rokok Elektrik dengan Rasa Dorong Anak-anak Coba)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement