REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI) Susanto mengatakan, banyak faktor yang memicu anak menjadi radikal. Makanya harus dilakukan pencegahan sejak ini.
Menurutnya terdapat empat tipologi faktor anak menjadi radikal. Yang pertama adalah genealogi. "Faktor keturunan, dalam banyak kasus juga terjadi. Ortu berpaham radikal, akan seringkali mengajarkan radikalisme pada anaknya," katanya, Jumat, (15/1).
Kedua, faktor ideologi patronase. Faktor ini disebabkan oleh anak diajar guru berpaham radikal. Akibatnya, anak bisa menjadi kader.
Ketiga, peer radicalization. "Anak menjadi radikal karena faktor pengaruh teman sebaya," kata Susanto.
Keempat, self radicalization. Anak jadi radikal karena membaca bahan atau sumber yang bermuatan radikal sehingga secara sendirinya jadi radikal.
(Baca Juga: Anak Boleh Takut dan Cemas Saat Melihat Peristiwa Ledakan)
Karena itu, Susanto mengatakan, melalui integrasi pencegahan pemikiran radikal di sekolah harus dilakukan. Terutama melalui guru agama. "Pastikan anak berguru dengan guru ngaji yang tepat dan bukan yang berkarakter radikalisme," ujarnya.
Selanjutnya, ujar Susanto, pastikan masyarakat membangun kesadaran bersama pentingnya membudayakan pemikiran agama inklusif, bukan radikal.