Jumat 08 Jan 2016 18:43 WIB

Fenomena Ibu Mencuri, Ini Kata Sosiolog

Rep: Andi Nurroni/ Red: Citra Listya Rini
Pencurian dalam rumah. Ilustrasi.
Foto: steadfasthomeinventory.com
Pencurian dalam rumah. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA  -- Maraknya kasus pencurian yang dilakukan kaum ibu secara berkelompok di berbagi kota di Indonesia mengundang keprihatinan publik. Bagaimana fenomena ini dijelaskan dari kacamata akademis?

Sosiolog Universitas Airlangga Surabaya Bagong Suyanto berpendapat, tindak kejahatan berpotensi dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Namun begitu, menurut Bagong, pola kejahatan laki-laki dan perempuan pada umumnya berbeda.

“Kalau laki-laki lebih banyak menggunakan kekerasan, kalau perempuan itu yang lebih lembut, seperti penipuan atau pengutilan,” ujar Bagong melalui sambungan telepon kepada Republika.co.id, Jumat (8/1).

Menurut Bagong, fenomena ibu mencuri bukan hal yang baru. Kejadian semakin marak, menurut dia, karena sistem pengawasan yang lebih baik, seperti adanya kamera pengawas atau CCTV.

Bagong berpendapat, pola kejahatan antara golongan sosial atas dan masyarakat bawah juga berbeda. Jika golongan atas banyak melakukan kajahatan-kejahatan kerah putih, seperti penipuan, maka golongan kecil cenderung melakukan kejahatan "kecil-kecilan".

Pola kejahatan yang dilakukan oleh golongan kecil karena motif ekonomi, menurut Bagong, tidak cukup hanya dengan pengawasan atau penegakan hukum.

“Cara mencegahnya, ya, pemerintah dan komunitas harus membantu mencarikan sumber-sumber penghasilan yang bukan dari kejahatan,” ujar Bagong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement