REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Aktivis pemerhati anak Seto Mulyadi meyakini maraknya kasus kekerasan terhadap anak dikarenakan kurang pekanya masyarakat terhadap kondisi lingkungan tempat tinggal mereka.
"Masih banyak masyarakat kita sekarang ini yang kurang peka terhadap lingkungannya. Jadi begitu kasus muncul, baru kita ramai, ini yang disayangkan," katanya
di Bekasi, Ahad.
Menurut pria yang akrab disapa Kak Seto itu, pihaknya melalui Komisi Nasional Perlindungan Anak tengah menyosialisasikan kampanye pembentukan Satuan tugas (satgas) Perlindungan Anak di setiap RT/RW dan sekolah.
Pembentukan Satgas hingga ke level bawah itu diyakni bisa mempermudah pelaporan masyarakat bilamana mendapati adanya potensi kekerasan terhadap anak di lingkungannya.
"Saat ini laporan masyarakat kepada sejumlah instansi terkait kurang dilayani karena tenaganya yang terbatas sementara laporan banyak sekali. Kalau laporan cukup RT/RW kan akan terlayani dengan mudah," katanya.
Dikatakan Seto, pihak kepolisian pun saat ini kesulitan menangani banyaknya kasus kekerasan terhadap anak, khususnya yang terjadi di daerah. "Polisi sudah menyerah, mereka mengatakan tidak sanggup menangani banyaknya kekerasan anak, utamanya di daerah," katanya.
Bertambahnya kasus demikian di sejumlah daerah juga mengindikasikan tingkat kesadaran masyarakat untuk melapor sudah mulai muncul. "Sekarang di lembaga terhormat pun masih suka ribut dan berantem, itu karena dari kecil hidupnya penuh nuansa kekerasan," katanya.
Seto mengaku tengah merekapitulasi kasus kekerasan terhadap ankan sepanjang 2015 yang terjadi di Indonesia dan akan dirilis paling lambat akhir tahun 2015. "Intinya harus diberdayakan masyarakat dari sekarang, sebab kasus tetap tinggi karena masyarakat tidak diberdayakan," katanya.