Kamis 12 Nov 2015 09:10 WIB
Hari Ayah Nasional

Ayah yang Terlibat Hasilkan Anak yang Lebih Cerdas

Rep: C30/ Red: Indira Rezkisari
Foto: Republika On Line/Mardiah diah

REPUBLIKA.CO.ID, Saat-saat paling membahagiakan bagi ayah adalah momen bermain dengan anaknya. Karena pada saat itu dia bisa melepas topengnya.

Cara ayah mendekatkan diri dengan anak-anaknya tentu saja berbeda-beda. Dari yang hanya sebatas mengobrol, melakukan kegiatan fisik seperti mendaki gunung bermain sepeda, bahkan sampai berguling-guling bermain di taman.

“Pendekatan ayah dari masing-masing daerah tentu berbeda, misalnya adat Jawa (keraton) yang tidak membolehkan anak memegang kepala ayahnya, jika dilakukan dianggap kurang ajar,” ujar psikolog Edward Andriyanto Soetardhio dalam seminar ‘Kelas Parenting Papa’ di Sekolah Kirana, Jagakarsa, Jaksel, akhir pekan lalu.

Maka tak heran bila hubungan anak dan ayah lebih ditunjukkan dengan cara mengobrol. Berbeda cerita dengan wilayah Sumatera, tak jarang pelukan, ciuman seorang ayah mendarat pada anak-anaknya, karena memang seperti itu budaya hubungan ayah dan anaknya.

Terlepas dari bagaimana cara ayah menjalin hubungan emosional dengan anaknya, berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan ayah untuk melibatkan diri dalam pengasuhan. Seperti bermain bersama dan bekerja sama dengan ibu.

(baca: Abdee Slank: Ayah Ideal Peduli Masa Depan Anaknya)

Keterlibatan bermain dapat meningkatkan kestabilan emosi anak-anak. Seperti membiasakan memeluk anak dan mengajak bicara, memuji saat anak melakukan sesuatu yang baik, mengawasi anak saat bermain, dan memberikan batasan saat dalam bahaya, serta memberikan saran yang baik saat anak melakukan kesalahan bukan malah memarahinya.

“Misalnya anak-anak menjatuhkan mainan yang cukup mahal, tanpa perlu kita marahi, kita duduk di sampingnya saja anak akan menangis karena dia sudah takut akan kesalahan yang dibuatnya,” ujar Andriyanto

Kemudian keterlibatan dalam kegiatan yang meningkatkan kecerdasan motoriknya seperti bermain sepeda bersama. Atau anak bisa melakukan kegiatan yang cukup berbahaya seperti panjat dinding namun karena ditemani dan diawasi oleh ayah, anak bisa melewatinya dengan selamat hingga kemudian tanpa perlu bantuan dia sudah terbiasa dengan ketinggian.

Keterlibatan dengan banyak mengajaknya berbicara maupun berdiskusi tentang suatu hal, ternyata mampu meningkatkan kecerdasan bahasa dan intelektualnya. Misalnya mengenalkan kata-kata baru, berdiskusi secara terbuka dengan menggunakan 5W dan 1H,  membuat permainan kosa kata, dan banyak permainan lainnya yang dapat meningkatkan kreativitas dan kecerdasan otak mereka.

“Kalau bekerja sama dengan istri misalnya si anak biasanya akan meminta sesuatu dari ibunya, karena berbahaya maka akan dilarang. Anak biasanya akan mencari pembelaan dari ayahnya, maka saat ayahnya masih di kantor komunikasi yang baik istri akan memberikan kabar anaknya minta ini-itu saya sudah bilang tidak boleh, jadi saat ayah datang ke rumah sudah tahu apa yang akan ditanyakan oleh anaknya,” kata Andriyanto menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement