REPUBLIKA.CO.ID, Ayah mana yang tidak akan bahagia saat mendapati anaknya yang sedari lahir ditimang-timang tumbuh menjadi anak cerdas dan kritis. Tapi tahukah orang tua kalau sikap kritis anak didapatkan dari lingkungan keluarga, bukan dari sekolah?
Psikolog dan dosen Universitas Indonesia, Edward Andriyanto Soetardhio, mengatakan sikap kritis anak lahir dari pertanyaan-pertanyaan iseng seorang ayah. Yang, menurut dia, cenderung berbeda dengan model pertanyaan yang selalu dilontarkan oleh ibunya.
"Sudah makan belum? sudah mandi belum? itu hanya membutuhkan jawaban 'ya' atau 'belum'," ujar Andriyanto dalam seminar 'Kelas Parenting Papa' yang diselenggarakan oleh Sekolah Kirana, akhir pekan lalu.
Akan lain certanya jika yang menanyakan hal tersebut adalah ayah. Biasanya ayah akan bertanya dengan santai. "Sudah makan belum? Belum. Ah bohong, tadi pagi? Tadi pagi sudah tapi... Tapi sekarang jam berapa? sekarang sudah malam. Jadi kamu? Harus makan."
"Pertanyaan main-main seperti itu tidak datang dari ibu maupun dari sekolah, melainkan dari ayah," ujar Andriyanto
Itu hanya contoh sebagian kecil pertanyaan iseng yang dilakukan ayah. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan nyeleneh lain yang justru membuat otak anak berpikir dan membuat anak berkembang. Bahkan, dengan iseng ayah akan menanyakan hal yang dia tahu anaknya belum mampu menjawab.
Misalnya saat anak memaksa meminta dibelikan mainan yang lumayan mahal, ibu biasanya langsung bilang tidak boleh atau menyerahkannya pada ayah. Tapi Ayah justru akan menanyakan balik. "Oke, coba kasih ayah tiga alasan kenapa ayah harus membelikan kamu mainan itu?" tutur Andriyanto, memberikan contoh saat anaknya meminta dibelikan mainan.
Kemudian, kedisiplinan juga lahir dari aturan yang dibangun oleh ayah. Maka tidak heran jika biasanya istri akan menyebut nama suaminya supaya anaknya menurut. Percaya atau tidak, menurut Andriyanto, saat istrinya mengingatkan 10 kali untuk tidak bermain sambil berlari-lari membawa garpu belum juga didengar oleh anaknya. Tapi saat sang ayah berbicara anak akan menuruti.
Ayah akan mempraktikkan untuk menusuk sedikit bagian lengan anaknya dengan garpu lalu bertanya sakit atau tidak. Saat anak tahu bagaimana rasanya, baru kemudian ayah menjelaskan kenapa ibunya melarang dia berlari-lari membawa garpu karena jika kena orang lain akan berbahaya.