Senin 12 Oct 2015 12:23 WIB

Menghargai (Kembali) Cita Rasa Kopi Nusantara

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Indira Rezkisari
Untuk urusan cita rasa dan kualitas, beragam produk kopi lokal yang ada di nusantara sebenarnya tidaklah kalah dibandingkan kedai kopi asing.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Untuk urusan cita rasa dan kualitas, beragam produk kopi lokal yang ada di nusantara sebenarnya tidaklah kalah dibandingkan kedai kopi asing.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebagian masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi dengan Starbucks. Ya, brand kopi asal Amerika itu kini memang cukup populer di sejumlah kalangan menengah ke atas di tanah air, terutama kaum muda yang tinggal di kota-kota besar semisal Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar.

Seakan sudah menjadi tren dari gaya hidup masa kini, para penggemar Starbucks di Indonesia pun rela merogoh banyak uang hanya untuk menikmati kopi yang ditawarkan oleh kedai waralaba asing tersebut. Padahal, untuk urusan cita rasa dan kualitas, beragam produk kopi lokal yang ada di nusantara sebenarnya tidaklah kalah dibandingkan Starbucks.

Ketua Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI), A Syafrudin menuturkan, Indonesia memiliki kekayaan kopi yang luar biasa. Saat ini, sedikitnya ada enam pulau yang dinobatkan sebagai produsen kopi terbaik di nusantara. Yaitu, Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Flores, dan Papua. Kopi yang dihasilkan tiap-tiap pulau itu mempunyai cita rasa yang berbeda-beda.“Kekayaan kopi yang dimiliki Indonesia itu layak membuat kita bangga,” ujar Syafrudin saat ditemui Republika.co.id pekan lalu.

Kalau bicara soal label, kata dia, saat ini ada puluhan brand kopi asli Indonesia. Sebut saja kopi gayo di Aceh, kopi solok surian di Sumatra Barat, kopi mandailing di Sumatra Utara, kopi sumbing-sindoro di Jawa, kopi kintamani di Bali, kopi wamena di Papua, dan masih banyak lagi. Ia mengungkapkan, kopi spesial yang dihasilkan di sejumlah daerah memiliki keasaman yang khas.

Di Bali, keasaman kopi yang dihasilkan cenderung menyerupai jeruk bali. Sementara, keasaman kopi di Jawa lebih mirip dengan tamarin (asam jawa). Lain lagi dengan Sumatra Barat, rasa asam kopinya justru mendekati jeruk nipis.

Syafrudin berpendapat, rasa keasaman yang bervariasi itu sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah di daerah asal tempat tumbuh kopi. “Keadaan tanah di Jawa tidak sama dengan tanah yang ada di Sumatra, sehingga kopi yang tumbuh di Jawa pasti bakal menghasilkan cita rasa yang berbeda dengan kopi Sumatra,” jelasnya.

Di samping keasaman alami di atas, kopi-kopi spesial di Indonesia juga memiliki cita rasa atau aroma tambahan. Sebut saja rasa pedas rempah-rempah pada kopi Aceh, rasa kacang-kacangan pada kopi khas Sumatra Barat, dan aroma bunga pada kopi di Jawa Barat.   

Syafrudin menambahkan, kekayaan kopi di Indonesia tidak sekadar menyentuh soal cita rasa, tetapi juga budaya penyajian kopi itu sendiri. Menurutnya, ada sejumlah tradisi penyajian kopi yang cukup unik yang berkembang di daerah-daerah. Sebut saja kopi tarik di Aceh, minum kopi menggunakan wadah bambu di Toraja, atau menikmati kopi dengan memakai wadah batok kelapa di Jawa Barat.

“Semua tradisi unik itu hanya ada di Indonesia dan tidak dimiliki oleh negara-negara lain. Kekayaan kopi Indonesia ini seharusnya mampu menjadi modal bagi para pelaku usaha kopi di tanah air untuk bersaing di pasar mancanegara,” tutur pakar perkopian itu lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement