Ahad 11 Oct 2015 11:47 WIB
Jalan-Jalan Akhir Pekan

Ini Dia Keunikan Mpok Siti

Rep: C39/ Red: Winda Destiana Putri
Bus Mpok Siti atau City Tour Bus
Foto: ROL/C39
Bus Mpok Siti atau City Tour Bus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bus tingkat dua (double decker) yang dikenal dengan nama City Tour ini sering di sebut pula Mpok Siti.

Sebutan Mpok Siti didasari karena plesetan dari kata City menjadi Siti, dan Mpok itu sendiri menunjukan bahwa para pengemudinya secara keseluruhan adalah perempuan. Inilah yang menjadi keunikannya.

Di dalam bus ini Anda dilarang berdiri, sehingga jika ada penumpang yang memaksa masuk ketika tempat duduk sudah terisi, maka akan langsung diusir oleh petugas bus tersebut yang disebut on board. Selain menertibkan penumpang, petugas ini juga akan mencatat jumlah penumpang yang naik.

Sudah setahun lebih bus wisata ini beroperasi, tepatnya tanggal 24 Februari 2014. Namun, selama pengoprasiannya tersebut baru ditambahkan satu unit armada, sehingga untuk menampung wisatawan di akhir pekan, banyak penumpang yang berebut manaikinya.

"Awalnya hanya lima bus, tapi sudah ditambah satu lagi yang berwarna merah," kata salah satu on board Mpok Siti, Sulaeman (25) kepada Republika.co.id belum lama ini.

Bus berwarna ungu dan hijau pupus ini tidak bisa sembarangan dinaiki, karena hanya berhenti di halte-halte tertentu, seperti Halte Museum Nasional, Halte Pecenongan, Halte Pasar Baru, Halte Masjid Istiqlal, Halte Monas 1, Halte Monas 2, Halte Balai Kota, Halte Sarinah, dan Halte Bundaran HI, selebihnya bus ini hanya akan melewatinya tanpa berhenti.

Setiap harinya, Mpok Siti akan melewati beberapa ruas jalan yang tidak jauh dari beberapa ikon wisata Jakarta, seperti Museum Nasional, Monumen Nasional (Monas), Gedung Kesenian Jakarta, Masjid Istiqlal, Katedral, Istana Negara, Balai Kota, hingga Bundaran Hotel Indonesia.

Keunikan lainnya, menurut penjual roti di halte Mpok Siti Plaza Indonesia yang tidak ingin disebut namanya, sopir perempuan tersebut dikatakan banyak yang dari suku batak, meskipun ada yang tidak.

"Saya kenal semua sama sopirnya, karena mereka sering membeli roti saya, mereka banyak yang dari Batak," ungkap lelaki asal Serang, Banten itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement