Jumat 02 Oct 2015 08:28 WIB

Gangguan Ekonomi tak Menghalau Turis Cina Pelesiran

Para wisatawan di kereta bawah tanah Airport Express Beijing akan bepergian ke AS, Kanada, dan Hong Kong untuk menikmati masa libur nasional.
Foto: ABCNews
Para wisatawan di kereta bawah tanah Airport Express Beijing akan bepergian ke AS, Kanada, dan Hong Kong untuk menikmati masa libur nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Perlambatan ekonomi gagal menghambat antusiasme warga Cina untuk bepergian ke luar negeri, termasuk ke Australia, selama libur nasional.

Hari libur nasional selama 7 hari adalah kesempatan pertama untuk mengukur dampak ekonomi terhadap wisatawan Cina sejak saham di bursa Shanghai dan Shenzhen mulai jatuh secara dramatis pada bulan Juni.

Industri pariwisata global adalah sektor yang paling khawatir tentang apakah langkah Bank Rakyat Cina untuk mendevaluasi Yuan, pada bulan Agustus, akan membuat wisatawan memangkas rencana perjalanan mereka. Tapi hanya ada sedikit tanda bahwa hal itu terjadi.

Di stasiun kereta bawah tanah Airport Express Beijing, para wisatawan mengatakan, mereka hendak bepergian ke sejumlah destinasi termasuk Amerika Serikat, Kanada dan Hong Kong untuk menghabiskan masa libur nasional.

Seorang mahasiswa pascasarjana mengatakan, liburannya ke Jepang sekarang menelan 2.000 -3.000 Yuan (atau sekitar Rp 4,5-6,7 juta) lebih banyak karena mata uang yang terdevaluasi, tapi ia tetap pergi pelesir.

Salah satu agen perjalanan mengharapkan empat juta wisatawan Cina pergi ke luar negeri selama pekan libur nasional ini, yang akan naik 1 persen dibanding tahun lalu.

Situs wisata lainnya, Qunar, mengatakan, tak ada bukti bahwa perlambatan ekonomi telah mempengaruhi para wisatawan.

"Bisnis kami tumbuh lebih cepat ketimbang periode yang sama pada tahun lalu. Jika kita melihat dampak ekonomi, hanya pariwisata dengan tujuan tertentu yang memiliki masalah," kata Sun Guohui, direktur tiket internasional di perusahaan itu.

"Sebagai contoh, ketakutan akan bahaya penyakit pernapasan MERS di Korea Selatan atau tempat-tempat yang tidak stabil secara sosial," tambahnya.

Qunar mendapat pemesanan wisata ke Australia 4 kali lebih banyak untuk libur nasional ini dibanding tahun lalu.

"Ada begitu banyak klien yang ingin pergi ke luar negeri, dan sementara banyak dari mereka biasa pergi ke Asia Tenggara, Hong Kong dan Korea, tahun ini saya juga melihat banyak orang pergi ke Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, Eropa dan bahkan Rusia, Amerika Selatan serta negara-negara Afrika," jelas dia.

Data dari Badan Pariwisata Nasional China untuk kuartal kedua tahun ini menunjukkan adanya lompatan 37 persen dalam jumlah orang yang bepergian ke luar negeri dibandingkan dengan waktu yang sama di tahun lalu, walau data terbaru sejak turunnya nilai saham belum dikompilasi secara lengkap.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-10-01/ekonomi-merosot-jumlah-turis-china-ke-australia-justru-meningkat/1499022
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement