Sabtu 26 Sep 2015 14:19 WIB

Kaya akan Wisata Maritim, Kesejahteraan Warga NTT Belum Optimal

Potensi Wisata NTT (ilustrasi)
Foto: Antara
Potensi Wisata NTT (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki kekayaan akan potensi pariwisata maritim, namun belum seluruhnya dioptimalkan menjadi sumber daya ekonomi guna menunjang kemajuan dan kemakmuran serta kesejahteraan rakyat di daerah itu, kata seorang pelaku wisata dan ekonomi kreatif.

Sektor maritim di daerah ini sangat potensial untuk dikembangkan untuk perekonomian daerah dan sebagai penunjang ekonomi nasional, kata pelaku pariwisata dan ekonimi kreatif di Nusa Tenggara Timur Messakh Toy kepada Antara di Kupang, Jumat (25/9).

Pramuwisata senior pada PT Flores Wisata Tour dan Travel dan Ocenia World Tour dan Travel NTT itu mengatakan hal itu terkait upaya menggali potensi wisata maritim di berbagai daerah peluang dan tantangannya. Menurut dia, NTT sebagai provini berbasis kepulauan belum sepenuhnya memberdayakan potensi ekonomi maritim.

"Juga belum mampu mentransformasikan sumber kekayaan laut menjadi sumber kemajuan dan kemakmuran rakyat setempat," katanya.

Padahal katanya dari segi letaknya di kawasan Timur Indonesia NTT memiliki posisi strategis, yang menghubungkan negara-negara ekonomi maju seperti Australia, Timor Leste, Malaysia.

Posisi geopolitis strategis tersebut memberikan peluang bagi NTT sebagai jalur ekonomi. Pasalnya beberapa selat strategis yang merupakan jalur perekonomian dunia berada di wilayah NKRI, yakni, Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat Makassar dan Selat Ombai-Wetar. Potensi geopolitis ini dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan dalam percaturan politik dan ekonomi antar bangsa.

"Jadi sektor maritim sangat potensial dikembangkan sebagai penunjang ekonomi nasional. Tentu saja, sektor kelautan tidak hanya menghasilkan produk perikanan," katanya.

Selama ini, katanya, sektor kelautan masih sebatas menghasilkan produk perikanan, sehingga belum mampu memberdayakan potensi ekonomi maritim sebagai potensi pariwisata yang menjanjikan bagi wisatawan.

"Sampai saat ini harus diakui bahwa taman laut di Alor belum bisa diandalkan sebagai salah satu aset bagi kabupaten tersebut," katanya.

Padahal, kata dia, taman laut di Alor disebut-sebut terbaik kedua di dunia setelah Kepulauan Karibia dan memiliki kebeningan air laut yang dihuni karang dan ikan warna-warni membuat laut Alor terkenal ke seantero jagat.

Alor, katanya, memiliki air laut yang bersih, biota laut yang beraneka ragam, terdapat titik selam yang dapat dinikmati pada malam hari dan taman laut kelas dunia itu juga memiliki Kampung Tradisional Takpala yang banyak digemari wisatawan nusantara dan mancanegara.

Sehingga menurut dosen tamu pada Akademi Pariwisata Kupang itu potensi ini butuh waktu untuk dikembangkan menjadi wisata budaya menuju ekonomi kreatif, yang telah direncakan dan didesain.

Selama ini kata alumni tour ke Malaysia (2007), Australia (2009) dan Hongkong (2013) itu, menyebut sejumlah obyek wisata bahari dan maritim di NTT harus diakui masih jauh dari promosi, sehingga belum diketahui banyak wisatawan nusanara dan mancanegara.

Belum dioptimalkan promosi itu sebagai obyek wisata maritim itu menurut Ketua DPD HImpunan Pranuwisata Indonesia HPI) NTT itu bukan karena dilupakan atau tidak kreatif mengelola tetapi keterbatasan-keterbatasan dana dan SDM yang ada dan sistem promosi yang bertahap dan terencana.

Tamatan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata (STIPAR) Satya Widya Surabaya 2008 itu menyebut obyek wisata maritim tersebut tidak kalah daya tariknya dengan ritual agama seperti Pasola dan kampung adat di Sumba, Perbuaruan ikan Paus di Lamalera, Lembata, Prosesi Jumat Agung di Kabupaten Flores Timur, Kampung Bena di Kabupaten Ngada dan berbagai upacara adat lainnya perlu dioptimalkan sehingga menarik minat wisatawan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement