REPUBLIKA.CO.ID, Untuk pertama kalinya angka kematian anak di dunia menurun, sejak tahun 1990. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan organisasi dalam naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), UNICEF menyatakan bahwa kematian anak telah menurun lebih dari 50 persen.
Seperti dilansir dari BCC, akhir pekan lalu, mereka mengatakan pada 25 tahun yang lalu terdapat 12,7 juta anak balita yang meninggal, tapi tahun ini angka tersebut diproyeksikan menurun di bawah enam juta untuk pertama kalinya.
Tapi, sebuah lembaga bantuan memperingatkan bahwa mereka akan tetap menghadapi tantangan besar. Mereka mengatakan, target PBB untuk mengurangi angka kematian anak dengan dua pertiga antara 1990 dan 2015 tidak akan terpenuhi. "Kita harus mengakui kemajuan global yang luar biasa," kata wakil direktur eksekutif Unicef, Geeta Rao Gupta.
Menurutnya, jumlah anak-anak masih banyak yang meninggal, karena itu pihaknya harus melipat gandakan usahanya untuk melakukan apa yang mereka ketahui. Luxemburg dan negara-negara Nordic seperti Islandia, Finlandia dan Norwegia adalah Negara dengan kematian balita terendah, tingkat kematiannya kurang dari tiga per 1.000 kelahiran.
Sementara, sebuah negara yang terletak di Afrika bagian barat daya, Republik Angola memiliki tingkat kematian anak tertinggi hingga mencapai 254 per 1.000 kelahiran, diikuti oleh Somalia, Chad dan Republik Afrika Tengah.
Berdasarkan laporan dari WHO mengatakan, bahwa 16.000 anak yang masih di bawah usia lima tahun meninggal dalam setiap harinya. Mereka banyak yang menjadi korban penyakit seperti pneumonia, diare atau malaria, dan hampir separuh kematian tersebut adalah karena kekurangan gizi.