Rabu 08 Jul 2015 15:01 WIB

Hati-Hati, Sindrom Istri Superior

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Istri yang terbiasa superior harus mengubah kebiasaannya dan mencoba kembali bersikap lebih penyayang dan memperhatikan kebutuhan suami.
Foto: etsy
Istri yang terbiasa superior harus mengubah kebiasaannya dan mencoba kembali bersikap lebih penyayang dan memperhatikan kebutuhan suami.

REPUBLIKA.CO.ID, Penulis Karen Rubenstein dalam bukunya berjudul 'The Superior Wife Syndrome' membahas bahwa jutaan istri di dunia ini berpikir bahwa mereka melakukan segala sesuatu lebih baik dari suami mereka. Mereka merasa lebih bertanggung jawab, lebih mampu, atau dengan kata lain lebih unggul soal rumah tangga. Hmm, jika Anda adalah istri dan membaca pendapat tersebut, mungkin akan muncul sedikit kebanggaan.

Memang, ada benarnya juga. Perempuan sedari dulu sudah terbiasa bisa melakukan semuanya. Seorang istri bisa tetap bekerja dan berkarier sembari membesarkan anak-anak mereka. Bahkan, ada yang beranggapan tanpa laki-laki pun mereka bisa melakukannya sendiri.

Dilansir dari Family Life, Rabu (8/7), perasaan seperti di atas adalah ciri seorang istri superior. Ketika perempuan memiliki anak, perhatian mereka cenderung terfokus pada anak mereka dan kurang untuk suaminya. Jika Anda melakukan hal ini, segera rehabilitasi kebiasaan tersebut dan mencoba kembali memperhatikan kebutuhan suami.

Rubenstein memberikan tiga tips untuk mencegah sindrom ini tidak menguasai kehidupan rumah tangga Anda, khususnya untuk para istri. Pertama, jangan malu meminta bantuan untuk suami. Ingat, suami tak bisa selalu membaca pikiran istrinya.

Kedua, mendidik suami dengan logika, bukan dengan ledakan emosional. Jika Anda menginginkan suami Anda melakukan hal yang Anda inginkan, maka pakailah logika dan ajukan dengan cinta, bukan dengan mengancam apalagi marah.

Ketiga, bersedia untuk membiarkan suami menjadi dirinya sendiri. Ada lebih dari satu cara untuk menyelesaikan tugas. Jika suami terbiasa minum teh dulu baru makan, jangan paksa dia untuk makan dulu baru minum teh. Sebagian besar konflik rumah tangga itu berasal dari perbedaan preferensi pribadi sang suami dan sang istri. Jadi, biarkan masing-masing menjadi dirinya sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement