REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kolak merupakan kudapan manis pelengkap berbuka di bulan Ramadhan yang cukup banyak digemari orang. Malah keberadaan kolak tidak bisa dilepaskan dari menu berbuka puasa.
Kolak lebih dikenal dengan isian pisang, labu, ketan, dan ubi-ubian. Tapi sebenarnya kolak saat ini lebih bermacam-macam jenisnya. Kolak juga dikenal suguhan berbahan dasar ketan, seperti bubur kampiun di Padang.
"Saya temuin sejenis itu sama di Asia Tenggara. Di Thailand ada, Vietnam, Malaysia, Singapura. Ada yang pakai santan, cuma ada yang engga pakai gula aren, ada yang pakai, kalau di Malaysia namanya gula malaka," ujar William Wongso selaku pakar kuliner Nusantara saat dihubungi Republika, Rabu (17/6).
Menurutnya, jenis kolak saat ini merupakan improvisasi dari masing-masing orang. Terbukti dengan hadirnya variasi kolak dengan durian, kolang kaling. Bahkan menurut pengakuannya, ia sering mencampurkan dawet ke dalam menu kolak.
Terkait hal itu, ia memang termasuk orang yang tidak bermasalah dengan variasai yang beredar di masyarakat. Sehingga wajar saja jika muncul berbagai macam variasi sejenis kolak. Baginya hal terpenting dari kolak adalah rasa asin. Penggunaan garam pada masakan kolak akan membuat hidangan tersebut terasa lebih gurih dan tidak hanya terasa manis.