REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Psikologi Universitas Maranatha Bandung Efnie Indrianie menerangkan kasus pembunuhan Angeline bisa disebabkan karena faktor ketidakharmonisan keluarga. Terlebih, Angeline merupakan anak adopsi, atau tidak termasuk dalam lingkaran keluarga utuh.
Efnie menjelaskan, ketika satu keluarga mengalami disfungsi atau ketidakharmonisan hubungan, maka anggota keluarga baru, seperti Angeline, bisa terkena dampak tersebut. "Anggota baru ini (Angeline), bisa menjadi objek pelampiasan agresi, seperti dilecehkan atau disakiti," ujarnya. Kamis (11/6).
Sedangkan kemungkinan keterlibatan keluarga angkat Angeline dalam pembunuhan tersebut, kata Efnie, masih harus dibuktikan. "Bisa saja keluarga berkolaborasi sehingga sang anak tidak mendapatkan proteksi," ucapnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Angeline, bocah berumur delapan tahun, diduga dibunuh oleh petugas jaga rumah keluarga angkatnya, Agus. Diduga juga, mayat Angeline yang dikubur di pekarangan rumahnya diketahui oleh ibu angkatnya, Margareth Ch Megawe.
Setelah Agus menjadi tersangka dan mengakui kesalahannya, kini semua keluarga Angeline yang tinggal satu rumah masih diperiksa lebih lanjut oleh Polresta Denpasar.