REPUBLIKA.CO.ID, Dalam mengasuh anak, terkadang orang tua tidak sabar. Orang tua pun jadi lebih mudah marah ketika anak berbuat salah. Orang tua menganggap ini adalah sebuah disiplin yang ia terapkan pada anak.
Disiplin berasal dari bahasa latin yang berarti mengajar atau panduan. Kebanyakan orang tua menyamakan disiplin dengan memberikan hukuman ketika anak berbuat salah. Padahal hukuman merusak hubungan Anda dengan anak, membuat anak-anak merasa lebih buruk dan justru memicu mereka untuk berbuat salah.
Jika Anda tidak ingin hal ini terjadi, sebaiknya Anda menerapkan disiplin positif, bimbingan positif atau pengasuhan positif. Beberapa orang juga menyebutnya pembinaan lembut untuk membedakannya dengan pembinaan yang lebih keras.
Bagaimana menerapkan pola asuh positif ini? Laman Ahaparenting, Senin (25/5) memberikan kepada Anda tips untuk pola asuh positif di rumah. Pola asuh positif ini bisa meningkatkan kecerdasan emosional anak.
Bangun hubungan baik dengan anak untuk memulai pola asuh positif
Orang tua yang menerapkan pola asuh positif, awalnya harus membangun hubungan yang baik dengan anak. Orang tua yang merespons anak dengan lembut yang justru bertentangan dengan ancaman dan hukuman. Disiplin yang paling efektif adalah strategi dalam membuat ikatan yang erat dengan anak. Anak-anak yang merasa terhubung dengan orang tua mereka secara alami ingin menyenangkan orang tuanya.
Evaluasi semua pola asuh
Lakukan bimbingan penuh kasih bukan hukuman. Hukuman merusak hubungan Anda dengan anak dan pada akhirnya menciptakan lebih banyak perilaku buruk. Bimbingan penuh kasih dengan menetapkan batas dan memberikan empati adalah sebuah cara yang membantu anak fokus pada peningkatan perilakunya. Bukan justru meningkatkan amarahnya pada Anda. Setelah pola pengasuhan Anda terapkan, lakukan evaluasi, apakah pola asuh Anda justru memperkuat atau memperlemah posisi hubungan Anda dengan anak.
Mulai koreksi cara bicara Anda
Ingat bahwa anak nakal ketika mereka merasa tidak nyaman dengan diri mereka sendiri dan terpisah dari Anda. Ketika anak membantah Anda, ada baiknya Anda melakukan hal-hal seperti ini.
Misalnya membungkuk ke arah anak dan lihat anak dengan mata Anda. Katakan, ”Kamu memang nakal, tapi tidak menggigit”. Bisapula ketika mengajak anak pulang saat sedang bermain namun anak menolak. Katakan padanya, ”Kamu berharap bisa bermain lama tapi ini sudah saatnya untuk tidur.”
Jangan ragu-ragu untuk mengatur batas yang diperlukan dengan empati
Tentu saja Anda perlu menegakkan aturan. Tapi Anda juga harus menghargai cara pandang anak. Ketika anak merasa dipahami, mereka lebih dapat menerima batasan yang Anda buat. “Kamu sangat-sangat marah dan sakit, tapi kami tidak menggigit. Ayo gunakan kata-kata untuk bilang pada adik bagaimana perasaan kamu.”
Jangan memukul
Meskipun Anda sangat marah dengan anak, buatlah aturan untuk tidak memukul. Lebih baik Anda duduk bersama anak dan berbicara tentang hal yang menjadi masalah Anda dan anak.