Rabu 20 May 2015 12:56 WIB

Daya Saing Pariwisata Nasional Membaik

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Pariwisata Bali (ilustrasi)
Foto: antara
Pariwisata Bali (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Petumbuhan sektorpariwisata dunia terus menunjukkan peningkatan di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

Laporan Tourism Competitiveness Index (TCI) 2015 dari World Economic Forum (WEF) menunjukkan perbaikan daya saing pariwisata Indonesia di dunia.

WEF menempatkan Indonesia pada peringkat 50, naik dari peringkat 70 pada 2013. Secara regonal, peringkat Indonesia naik dari 12 ke 4 di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.

"Kondisi ini tentunya menjadi peluang bagi Bali yang ekonominya berbasis pariwisata yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi daerah," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali, Dewi Setyowati, Rabu (20/5).

Daya tarik Bali sebagai daerah destinasi utama dunia masih cukup kuat. Pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali mencapai 14,04 persen year on year (yoy). Dengan demikian, Dewi menilai peluang pengembangan pariwisata di Bali semakin terbuka lebar.

Menurut WEF, penetapan sektor pariwisata nasional sebagai prioritas pembangunan nasional, didukung pembangunan infrastruktur berkelanjutan telah mendorong peningkatan daya saing pariwisata Indonesia. Beberapa faktor peningkatan daya saing pariwisata Indonesia adalah daya saing harga, kekayaan alam termasuk keaneka ragaman hayati, serta adanya beberapa situs yang menjadi warisan alam maupun warisan dunia.

Sementara faktor yang masih menjadi kendala diantaranya adalah keberlangsungan lingkungan, deforestasi atau penggundulan hutan, adanya spesies yang membahayakan, keselamatan dan keamanan, terutama menyangkut terorisme. Survei indikator utama dalam industri pariwisata Bali yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI Bali menunjukkan ada tujuh dari 32 subkomponen pariwisata di Bali yang perlu ditingkatkan. Ketujuhnya adalah kebersihan lingkungan, kebersihan obyek wisata, ketersediaan alat transportas, tarif transportasi, ketersediaan penerbangan, jalan raya, listrik, kemudahan pengurusan visa, dan promosi internasional.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika secara terpisah menyoroti pentingnya program sertifikasi bagi pelaku pariwisata di Bali. Ia menilai harus ada standar yang jelas agar SDM pariwisata bisa memberikan pelayanan yang baik kepada wisatawan domestik dan mancanegara.

Ia mencontohkan, banyak pramuwisata yang kurang paham dalam menjelaskan sejarah dan budaya Bali. Praktik ini sangat merugikan wisatawan karena mereka kerap mendapat perlakuan yang kurang memuaskan.

"Wisatawan akan merasa tidak puas dengan pelayanan. Jika tidak diantisipasi, maka ini merusak citra Bali," ujarnya.

Pastika berharap program sertifikasi mampu meningkatkan kualitas para pelaku pariwisata. Apalagi, pemerintah saat ini menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan dengan target kunjungan 20 juta wisatawan pada 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement