Selasa 12 May 2015 18:06 WIB

Branding Wisata Halal, Tonjolkan Nilai Lewat Layanan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Winda Destiana Putri
Diskusi Halal Tourism di JCC Senayan, Selasa (12/5)
Foto: Dok: Puskompublik Kementerian Pariwisata
Diskusi Halal Tourism di JCC Senayan, Selasa (12/5)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di era ini, pariwisata syariah sebagai bagian dari industri perlu menonjolkan nilai-nilai syariah melalui layanan.

Menggunakan istilah marketing 3.0 untuk era digital, Presiden Markplus & Co. Hermawan Kertajaya

menuturkan, diera pemasaran, pemasaran harus dijalankan dengan jujur karena tidak ada yang bisa disembunyikan di era digital saat ini.

Ia mengakui pendekatan yang dilakukan pun jadi cocok dengan cara Rasulullah SAW berdagang. Di era pemasaran 3.0 ini, Hermawan mengatakan pola komunikasinya manusia ke manusia, sehingga tidak cuma beda segmen, tapi beda aneka macamnya.

Ada konsep VAL (Value, Atittude dan Lifestyle berupa perilaku yang terlihat) dalam pemasaran. Saat ini, arah pemasaran ke pada perilaku dan layanan orang-orang yang ada didalamnya karena bisa terbaca dan terukur dibanding eksplorasi nilai.

Saat bank Indonesia mengundang Hermawan untuk mengenalkan bank syariah, ia membuatkan logo Islamic Banking (iB) sehingga inklusif untuk semua.

"Halal lifestyle juga diarahkan ke layanan. Tampilan nama Islam dibuat universal dan nilai-nilai dicerminkan dalam perilaku layanan," kata Hermawan dalam diskusi MES mengenai Indonesia Menuju Unggulan Industri Wisata dan Halal Lifestyle, Selasa (12/5).

Untuk pariwisata, ada alami dan buatan. Pariwisata buatan masih 50 persen dari atraksi yang ada. Karena itu harus wisata syariah juga perlu elemen man made sehingga harus kreatif. Sehingga halalnya tidak tradisional dan dibuat lebih menarik.

Dengan diferensiasi yang jelas, Indonesia harus mengambil peran dalam industri pariwisata halal global dengan lebih berani branding.

62 persen penduduk Muslim ada di Asia, 12 persennya di Indonesia. Ini jadi informasi buat warga dunia. Jika kemasannya kuat, posisi Indonesia bisa lebih kuat.

Soal diferensiasi, diakuinya memang tidak hanya fokus pada produk, tapi perilaku yang ditunjukkan manusia yang terlibat didalamnya sehingga berbeda dari kompetitor.

Dari logo, Indonesia tidak kalah dari negara lain. Wonderful Indonesia harus dimiliki semua, tidak hanya Kemenpar, tapi juga Kemenlu atau Kemendik saat presentasi mengenai Indonesia di luar negeri.

"Selain logo, brand building dan brand experience juga penting. Sementara penggunaan media masa dan media sosial jadi amplifikasi bagaimana menceritakan kembali pengalaman wisata Indonesia," tutur nya lebih lanjut.

Evaluasi juga penting seingga apa yang ingin diberikan terlihat ukuran ketercapaiannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement