Senin 04 May 2015 13:12 WIB

Sukses Jadi Ibu yang Bekerja dari Rumah

Bekerja dari rumah tidak selalu lebih mudah bagi para ibu, perhatikan kiatnya agar bisa berhasil menjalaninya.
Foto: workfromhomeaustralians
Bekerja dari rumah tidak selalu lebih mudah bagi para ibu, perhatikan kiatnya agar bisa berhasil menjalaninya.

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap ibu yang bekerja di rumah memiliki kisah horor serupa. Ia sedang menerima telepon penting, batitanya ingin menonton Elmo atau tiba-tiba lapar, dan bukannya mendengar ide cemerlang, bosnya malah harus mendengar anak yang merengek dan seorang ibu yang meminta maaf.

Rencana menghadapi interupsi

Dikutip dari www.parentsindonesia.com, tekan tombol mute saat telepon konferensi untuk menghindari teriakan “Mamaaaa!” yang tidak terduga di latar belakang. Jika anak rewel saat Anda menelepon, sudahi teleponnya dan jadwalkan ulang jika Anda bisa. Anda biasanya bisa mengandalkan respons yang lebih sabar dari orang tua lainnya. Saat ia pertama kali kembali bekerja, O’Donnell akan menyembunyikan fakta bahwa dia bekerja di rumah dari para kliennya. Kini dia berterus terang kepada mereka, menjelaskan bahwa anak-anak mungkin akan mengganggu. Dia mendapati bahwa, secara umum, orang-orang cukup pengertian.

Beberapa ibu yang tidak ingin memainkan “kartu orang tua” mengaku kepada para kliennya bahwa anak rewel membuat mereka tidak bisa memenuhi deadline. Dalam kasus ini, yang terbaik mungkin tidak  perlu mengungkapkan bahwa Anda bekerja dari rumah dalam percakapan. Berikan anak Anda isyarat nonverbal “Jangan ganggu” saat Anda membutuhkan ketenangan.

Mungkin Anda bisa memakai mahkota saat sedang bercakap-cakap di telepon untuk menekankan bahwa anak-anak tidak boleh membuat suara berisik atau mengganggu–kecuali ada hal darurat. Jika Anda memiliki pintu kantor, ikatlah pita merah pada pintu tersebut saat Anda tidak bisa diganggu. Taktik ini paling bagus untuk anak yang sudah besar; batita tidak mengerti bahwa mereka tidak bisa selalu memiliki perhatian sepenuhnya.

Meminta bantuan

Anda mungkin berpikir, dengan bekerja dari rumah berarti tidak memerlukan tempat penitipan anak, tapi Anda akan memiliki hari-hari dimana Anda membutuhkan bantuan dan itu wajar saja. Saat Jonas berusia 6 bulan, O’Donnell membayar seorang murid SMA untuk mengawasi Jonas selama 2-3 jam dua hari seminggu. Remaja itu dibayar setengah tarif pengasuh dewasa atau tempat penitipan anak, dan ini berarti O’Donnell bisa berkonsentrasi menjawab email dan telepon.

Cara lain untuk mendapatkan penitipan anak yang terjangkau: Kumpulkan sumber-sumber Anda dengan beberapa ibu bekerja lainnya dan sewalah satu pengasuh untuk mengawasi seluruh anak pada waktu yang sama. Bahkan tanpa si pengasuh, Anda bisa berkumpul bersama-sama para ibu bekerja dari rumah lainnya dan membiarkan anak bermain sembari bekerja bersama-sama.

“Aku mendapati bahwa jika seorang anak mendapatkan teman bermain, dia seringkali cukup lama terhibur sehingga memungkinkan Anda melakukan pekerjaan yang tidak membutuhkan ketenangan ekstrem,” kata penulis lepas Melissa Dutton dari Columbus, Ohio, yang kadang kala juga bertukar tempat penitipan anak untuk dua orang anaknya dengan ibu bekerja lainnya beberapa jam dalam seminggu. “Aku tahu dia bekerja dari rumah juga, jadi aku menawarkan untuk menjaga anaknya lebih dulu, dan semuanya berawal dari sana.”

Pasangan Anda juga bisa menjadi sumber dukungan. Saat suami Samuelson, seorang guru, tiba di rumah pukul 15.30, dia mengandalkan suaminya untuk bergantian menjaga anak. Ia bisa mengantar dua orang anaknya ke taman dan menyiapkan makan malam, dan Samuelson akan bergabung beberapa jam kemudian setelah menyelesaikan daftar pekerjaannya. Jika pasangan Anda pulang setelah makan malam, mintalah ia untuk mengawasi saat tidur–Anda akan bisa bekerja paling tidak selama satu jam sebelum anak-anak berteriak “Ma!” Dan begitu mereka melakukannya, Anda sudah siap, tanpa ada yang harus diburu-buru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement