Senin 20 Apr 2015 21:32 WIB

Mitos Seks di Masa Hamil yang Ditakutkan Pasangan

Hamil
Foto: pixabay
Hamil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seks masih saja dianggap sebagai hal yang tabu untuk diperbincangkan, sekalipun yang membicarakannya orang dewasa yang sudah “punya izin” dan sah melakukannya.

Contohnya ketika berkonsultasi dengan dokter kandungan, Anda maupun calon ibu lain leluasa bertanya kepada dokter apakah aman mengonsumsi minuman bersoda atau mewarnai rambut ketika sedang hamil.

Tetapi sebaliknya, Anda dan yang lainnya malu-malu bertanya tentang sesuatu yang sangat ingin ketahui, yakni: Apakah aman melakukan hubungan intim di masa kehamilan? Posisi bagaimana yang sebaiknya dihindari? Apakah  boleh melakukan aktivitas seksual lainnya?

Dikutip dari www.parentsindonesia.com, coba renungkan, kehidupan “tempat tidur” Anda tidak harus berakhir hanya lantaran perut Anda membuncit. “Seks merupakan hal penting yang mengikat Anda menjalani masa 9 bulan ini,” ungkap Hilda Hutcherson, MD, penulis buku What Your Mother never Told You about S-e-x.  Jika seandainya Anda masih khawatir, berikut ini kami sampaikan mitos-mitos yang banyak beredar seputar seks di masa hamil.

 

Mitos 1: Suami Tidak Bergairah

Cek realitanya: Si dia masih “hot” untuk Anda, tapi mungkin dia hanya takut. “Kebanyakan kita memiliki rasa takut yang irasional bahwa hubungan seks bisa melukai bayi dalam kandungan,” jelas Harlan Cohen, penulis buku Dad’s Pregnant Too! Kenyataanya ketika berhubungan intim, penis hanya berjarak beberapa inci dari kepala bayi, inilah yang mengundang rasa takut dan panik.

Yakinkan lagi pasangan Anda bahwa di dalam kandungan bayi dilindungi oleh kantung ketuban yang terdapat di dalam rahim, kantung ini diselimuti atau ditutupi dengan sumbatan berbentuk lendir. Semua bayi menyukai goyangan lembut yang terjadi ketika rahim berkonstraksi di saat ibu mengalami orgasme, yang mungkin justru dapat menidurkan jabang bayi.

 

Mitos 2: Libido Menurun Drastis

Sebetulnya beberapa wanita menganggap kehamilan bisa membangkitkan gairah seksual alias libido. Jika Anda sangat fokus pada kehamilan, hubungan seks mungkin terasa lebih menyenangkan lagi. Morning sickness dan kelelahan yang umum terjadi pada trimester pertama memang bisa menurunkan hasrat seksual, namun akan kembali meningkat dalam waktu sekitar 13 minggu. “Selama trimester kedua, ada peningkatan aliran darah ke organ genital dan panggul yang membuat perempuan lebih mudah mencapai orgasme dan orgasme jadi terasa lebih hebat,” kata Dr. Hutcherson. Sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan, payudara Anda menjadi lebih berisi dan puting menjadi lebih sensif. Ketika melakukan hubungan intim aliran darah menuju payudara meningkat, ini memerkuat sensasi untuk mencapai orgasme.

 

Hasrat seksual Anda mungkin akan menurun tajam pada trimester terakhir, ketika tubuh mulai lelah dengan perut yang semakin membesar ditambah dengan muculnya perasaan bahwa tubuh begitu tambun dan tidak menarik lagi bagi suami. Sebagian wanita hamil berpikir bahwa tubuhnya terlalu berat untuk menikmati keintiman di tempat tidur. Sementara yang lainnya bertindak sebaliknya, mengetahui bahwa sebentar lagi mereka akan sulit berdua-duaan dengan suami karena akan ada si kecil di antara mereka, justru memberi inspirasi untuk semakin bergairah di sepanjang sisa masa kehamilannya.

 

Mitos 3: Posisi Tertentu Berbahaya Bagi Kehamilan

Beberapa posisi bisa jadi lebih menyenangkan dari yang lainnya. Apapun posisi yang Anda sukai, boleh-boleh saja dilakukan sepanjang itu masih dalam trimester pertama. “Peningkatan aliran darah ke daerah vagina karena rahim mulai membesar, dapat membuat penetrasi menjadi dalam. Ini seperti posisi dari belakang, akan menimbulkan sedikit rasa nyeri,” kata Dr. Hutcherson.

Pada trimester kedua dan ketiga dokter melarang melakukan posisi missionary. Posisi ini, dimana suami berbaring datar di punggung Anda untuk waktu yang lama, dapat menurunkan aliran darah pada bayi di dalam kandungan. Akibatnya pembuluh vena cava, pembuluh darah balik besar yang membawa darah ke jantung, bisa tertekan. Rahim yang membesar menekan vena cava lebih kuat lagi. Ini juga bisa berakibat buruk bagi Anda dan suami.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement