Ahad 29 Mar 2015 09:41 WIB

Benarkah Organik Selalu Lebih Baik?

Sayuran organik
Foto: Prayogi/Republika
Sayuran organik

REPUBLIKA.CO.ID, Begitu bayi mungil Anda mulai mengonsumsi makanan padat, mungkin Anda mulai bertanya asal-usul bahan makanan dan bagaimana cara makanan diproduksi. Apakah makanan bayi terpapar zat kimia berlebihan? Dan ketika Anda menelusuri rak-rak supermarket, Anda menemukan makanan organik.

Sayur dan buah dengan tampilan yang kurang menarik itu harganya memang jauh lebih mahal. Tapi konon makanan itu menyehatkan. Benarkah? Baca dulu sebelum Anda memutuskan membeli bahan makanan berlabel organik.

Saat ini istilah organik digunakan secara terbatas untuk produk-produk tanaman yang tidak, atau hanya sedikit, menggunakan pestisida dan pupuk buatan.  Jadi dalam pertanian organik, produknya tidak bersentuhan dengan senyawa kimiawi.  

Pertanian organik lebih sering dikaitkan dengan pupuk kandang dan kompos. Sementara istilah pangan konvensional digunakan untuk menggambarkan pangan yang sekarang ini ada di masyarakat dengan teknik budidaya yang lazim ditemui, misalnya menggunakan pupuk buatan, pestisida, dan bibit unggul.

Organik lebih bergizi?

Hingga kini masih menjadi perdebatan. Alasan utama Anda membeli produk organik adalah menekan paparan pestisida dan zat kimia. Environmental Working Group, sebuah organisasi nirlaba di AS yang mendorong kebijakan perlindungan kesehatan mengatakan bahwa pestisida dikaitkan dengan dampak buruk terhadap sistem saraf dan organ reproduksi.

“Bayi mungkin menjadi kelompok paling rentan terhadap dampak tersebut karena mereka makan lebih banyak jika dilihat rasio ukuran tubuhnya dibandingkan orang dewasa,” tulis Amy Marlow, RD dalam bukunya Happy Baby: The Organic Guide to Baby's First 24 Months, seperti dikutip dari www.parentsindonesia.com.

Plus, racun-racun, seperti residu pestisida, disimpan di dalam lemak dan bayi memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Namun tidak semua pakar setuju bahwa produk hasil pertanian konvensional membawa risiko terhadap kesehatan anak dan orang dewasa.

FoodSafe Program di University of California menyebutkan bahwa jumlah residu pestisida yang ditemukan pada produk konvensional tidak cukup untuk membuat makanan menjadi tidak aman. “Pestisida sebagian larut air sehingga dalam proses pencucian atau perebusan diperkirakan sebagian besar telah hilang. Namun, kebiasaan makan sayuran mentah yang tidak dicuci bersih atau mengonsumsi buah yang juga tidak dicuci akan mendatangkan risiko akumulasi pestisida dalam tubuh,” kata Prof. DR. Ir. Ali Khomsan, MS, Guru Besar Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor.

“Belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pangan yang dihasilkan dari pertanian organik lebih sehat, lebih bergizi, dan lebih aman,” kata Prof. Ali. Sebagian pakar mengatakan pangan organik mempunyai kandungan gizi dan tingkat keamanan pangan yang relatif sama dengan pangan konvensional lainnya. “Nutrisi yang terkandung dalam pangan organik merupakan ikutan saja, sehingga nutrisi sebenarnya tidak menentukan apakah suatu pangan disebut organik atau bukan,” kata Prof. Ali.

Justru sekarang malah ada kalangan yang mengkhawatirkan kontaminasi bakteri pada penggunaan pupuk kandang yang menjadi ciri produk pangan organik. Sebuah penelitian di University of Georgia menunjukkan bahwa pangan organik sedikit lebih besar peluangnya untuk tercemar E. coli, bakteri yang sering menyebabkan sakit perut.

Intinya, berikan makanan organik kepada anak semampu Anda. Jika tidak memungkinkan, jangan khawatir. Selama dia mengonsumsi makanan sehat dan seimbang, Anda telah melakukan tugas dengan baik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement