REPUBLIKA.CO.ID, Anda sudah melarang anak makan camilan karena terlalu dekat dengan jam makan malam. Faktanya, Anda sudah lebih dari satu kali melarang. Namun ketika Anda kembali ke dapur, Anda melihat si balita membuka pintu freezer dan berusaha meraih satu kotak es loli.
Apakah Anda marah? Atau menyerah dan membiarkan dia memakan es loli? Reaksi apapun yang Anda keluarkan adalah normal karena otak Anda bekerja otomatis pada situasi tegang.
“Namun jika Anda bereaksi terlalu keras atau terlalu lunak, Anda kehilangan kesempatan mengajarkan keahlian untuk melakukan hal yang benar di kemudian hari,” kata Becky Bailey, PhD, penulis Easy to Love, Difficult to Discipline.
Memang sulit menjaga diri Anda tetap tenang, tetapi akan lebih mudah menerapkan disiplin dengan lembut jika Anda sudah mempraktikkan reaksi cerdas, seperti dikutip dari www.parentsindonesia.com.
Si batita mengamuk karena karena Anda mematikan TV, dan dia menendang kaki Anda
Terlalu keras: “Cukup. Kali ini kamu sudah keterlaluan. Lupakan televisi—selamanya!”
Terlalu lunak: “Mama tahu kamu kecewa, tapi bagamana rasanya kalau Mama menendangmu?”
Tepat: “Kamu menyakiti Mama. Beri tahu kalau kamu sudah tenang dan kita bisa bicara alasan kamu kecewa.”
“Respons yang tepat mungkin kebalikan dari insting Anda,” kata Betsy Brown Braun, pakar tumbuh kembang dan perilaku anak dan penulis Just Tell Me What to Say. Daripada menghukum dia karena telah menendang Anda, lebih baik Anda menjauh (sambil membawa remote televisi).
Menjauhkan diri Anda adalah strategi jitu; Anda tidak mau mendekat karena dia menyakiti Anda, sekaligus tidak membiarkan dia mengalihkan perhatian Anda dari isu utama. Selanjutnya, ingatkan bahwa apapun yang dirasakan anak, menyakiti orang lain itu tidak baik. Jika Anda marah dan membentak anak, besar kemungkinan Anda akan merasa bersalah dan malah kembali menyalakan televisi.