Kamis 26 Mar 2015 18:19 WIB

Tahap Bermain, Tak Perlu Paksa Anak Sekolah

Rep: MGROL 38/ Red: Indira Rezkisari
Anak-anak kelas B PAUD Mekar Gondangdia belajar bermain alat musik angklung, Jakarta Pusat, Kamis (20/2).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Anak-anak kelas B PAUD Mekar Gondangdia belajar bermain alat musik angklung, Jakarta Pusat, Kamis (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setiap anak memiliki proses yang berbeda dalam mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotorik, maupun emosionalnya. Oleh karena itu, anak usia dini (3-5 tahun) yang belum siap untuk menerima materi baru, baik membaca, berhitung, maupun aturan kedisiplinan, tidak perlu dipaksakan sekolah.

Hal tersebut dikemukakan oleh psikolog Aully Grashinta. Menurutnya, setiap anak memiliki tahapan-tahapan yang berbeda sebelum ia akhirnya siap untuk menerima materi yang akan mengembangkan kemampuan kognitifnya, untuk selanjutnya mempengaruhi pola pikirnya.

“Anak yang belum siap untuk sekolah, biasanya terlihat dari perilakunya yang belum sesuai dengan apa yang diharapkan sekolah. Misalnya, malas untuk bangun pagi atau justru marah-marah ketika dibangunkan,” ujar Shinta, Kamis (26/3).

Untuk itu, daripada berkeras memaksakan anak untuk sekolah di usianya yang masih dalam tahap bermain, lebih baik orang tua rutin memberikan latihan yang akan mengembangkan konsentrasinya sembari menunggu usia anak siap untuk disekolahkan.

“Orang tua harus rutin melatih konsentrasi si anak secara perlahan, bukannya acuh dan membiarkan anak terus bermain hingga memasuki usia sekolahnya. Sebab, hal itu justru menghambat pengembangan kognitifnya,” jelas Shinta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement