Jumat 13 Mar 2015 09:56 WIB

Trik Mudah Bersahabat dengan Guru Anak

Guru
Guru

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika Anda bisa bersahabat dengan guru, anak akan mendapat banyak keuntungan. Dikutip dari www.parentsindonesia.com, berikut beberapa trik mudah yang bisa Anda pertimbangkan untuk menjalin persahabatan dengan guru si kecil.

Guru berharap Anda akan mengajukan beribu pertanyaan seputar tahun pertama sekolah anak, tapi usahakan untuk tidak menjadikan pertemuan pertama Anda dengan guru sebagai sesi interogasi. “Anda tentu tidak ingin membuat guru merasa jengah pada pertemuan pertama atau menemui guru dengan gagasan kaku seputar target Anda terhadap anak,” kata Erika V. Shearin Karres, EdD, penulisA+ Teachers: How to Empower Your Child’s Teacher, and Your Child, to Excellence.

Lebih baik, ajukan beberapa pertanyaan yang bisa menimbulkan kesan bahwa Anda bagian dari tim yang ingin bekerja sama. Ciptakan kesan baik pada pertemuan pertama. Anda mungkin bisa memulai percakapan dengan melontarkan pujian, seperti, “Saya benar-benar suka cara Anda mendekorasi ruang kelas.” Lalu, ajukan pertanyaan yang terfokus pada kolaborasi: “Bagaimana saya bisa membantu untuk kelas ini? Boleh saya menyumbang sejumlah perlengkapan yang mungkin Anda butuhkan?”.

Cobalah untuk bersikap positif di minggu-minggu pertama dan simpan penilaian serta kritik Anda untuk kesempatan selanjutnya. Lagipula, guru perlu waktu untuk mengenal anak Anda dan mengidentifikasi perilaku unik serta gaya belajar si kecil. Untuk bisa memahami semua itu, guru memerlukan beberapa kali trial and error.

Jika anak Anda punya kekhawatiran atau masalah tertentu, mungkin dia takut terhadap suara keras atau belum bisa pergi ke kamar mandi sendiri, beritahukan kepada guru saat pertemuan pertama Anda dengan sang guru. Dengan demikian, dia bisa mengatasi segala insiden dengan cepat dan anak terhindar dari rasa malu serta kegiatan belajar tidak terganggu.

Anda juga sebaiknya memberitahu guru jika ada perubahan di rumah yang bisa membawa dampak pada perilaku anak di dalam kelas, misalnya saat anggota keluarga sedang sakit atau terjadi perceraian. “Jelaskan kepada guru jika ada peristiwa serius yang mungkin mengganggu rutinitas anak,” kata Joyce L. Epstein, PhD, direktur Center on School, Family, and Community Partnership di Johns Hopkins University, Baltimore. Pembicaraan antara guru dan orang tua memang sudah seharusnya menjadi rahasia kedua belah pihak, tapi Anda boleh mengingatkan kepada guru bahwa informasi yang Anda berikan kepada dia bersifat pribadi.

Jangan harap anak mau mengikuti aturan di dalam kelas jika Anda selalu menentangnya. “Selalu mencecar guru dengan pertanyaan seperti, ‘Mengapa Anda mengharuskan anak belajar ini?’ atau ‘Mengapa ini menjadi kewajiban?’ adalah hal yang buruk,” kata Dr. Karres. Jika guru merasa bahwa Anda meragukan kewenangannya, dia akan khawatir untuk melibatkan Anda dalam kegiatan belajar di kelas atau meminta pendapat Anda seputar peraturan.

Bila Anda dan guru berseberangan pendapat mengenai sebuah isu, jangan mengeluhkan hal itu di depan anak. Dia perlu menjaga hubungan baik dengan sang guru. Dan berikan pandangan positif jika anak melontarkan kalimat seperti, “Ibu Smith jahat.” Banyak alasan mengapa anak mengucapkan hal itu. Bisa jadi dia merindukan Anda, dia kesulitan mendapat teman baru, atau dia ingin berlarian mengitari kelas tapi Ibu Smith meminta dia untuk duduk tenang. Jika dia merengek, katakan, “Sudah menjadi tugas Ibu Smith untuk memastikan semua anak patuh terhadap aturan. Dan itu berarti dia harus bersikap tegas sesekali.” Perhatikan dalam waktu satu minggu, apakah anak masih merasakan hal yang sama. Jika Anda melihat ada masalah yang nyata, jadwalkan pertemuan dengan guru yang bersangkutan.

Dan selalu ingat bahwa kunci keberhasilan anak di sekolah tidak hanya di tangan guru. Di rumah, Anda perlu mengasah kemampuan dan sikap-sikap baik yang anak pelajari di sekolah. Jika orang tua menerapkan hal itu, anak akan punya kesempatan untuk belajar banyak hal, mulai dari berbenah hingga mengikuti aturan.

Kemudian, jika anak Anda tampak tidak betah di sekolah, jadwalkan pertemuan dengan guru secepat mungkin. Jangan tunggu hingga masalah memuncak untuk mengangkat isu itu ke permukaan. Guru sangat senang berbincang dengan Anda, terutama jika Anda ingin menyelesaikan masalah atau pertikaian yang terjadi di dalam kelas. Awali percakapan dengan pertanyaan netral tanpa tuduhan. “Saya sangat ingin anak saya bisa menikmati hari-hari di sekolah, tapi dia tidak sebahagia yang saya harapkan. Apa yang sebaiknya kita lakukan?”.

Jika guru menilai anak Anda bermasalah, jangan bersikap membela diri. “Ingat bahwa guru berusaha menjaga anak Anda,” kata Bress. Dengarkan cerita dari sudut pandangnya dan berpikirlah terbuka. Untuk mendapatkan perspektif yang lebih dalam seputar masalah anak, cobalah menjadi sukarelawan di kelas. Meskipun Anda hanya punya kesempatan 15 atau 30 menit untuk berpartisipasi di dalam kelas, Anda akan tahu lebih banyak tentang situasi di sekolah.

Selain itu, sebaiknya Anda tidak berharap bahwa guru bisa mengoreksi setiap kelemahan anak, setidaknya tidak dalam waktu singkat. “Sebagian orang tua hanya terfokus pada satu masalah, sehingga mereka tidak memandang proses belajar dalam bingkai yang lebih besar,” kata Kimberly Oliver Burnim, guru TK di Silver Spring, Maryland. Terkadang guru perlu fokus kepada tujuan dan mengesampingkan beberapa masalah untuk dipecahkan di kemudian hari. Sebagai contoh, jika guru sedang mengajari anak untuk menulis huruf kapital, guru mungkin mengabaikan kesalahaan ejaan agar anak tidak merasa terlalu terbebani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement