REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perayaan tahun baru Imlek tidak bisa dipisahkan dengan tradisi bagi-bagi angpao. Tradisi angpao biasanya diberikan oleh orang yang sudah menikah dan bekerja, kepada yang belum menikah dan masih menganggur.
Uang yang diberikan itu harus tak boleh terlihat nominalnya, sehingga biasanya dibungkus dalam amplop berwarna merah.
Ini sesuai dengan asal-usul bahasa dari kata angpao yang terdiri dari suku kata ‘ang’ yang berarti merah dan ‘pao’ bermakna amplop. Bila diartikan menjadi amplop merah, tapi secara makna bisa disebut sebagai pemberian, khususnya dalam bentuk uang.
Sesuai tradisi masyarakat keturunan Tionghoa, warna merah menyimbolkan kegembiraan dan kesejahteraan. ''Karena itulah namanya angpao,'' komentar Oey Tjin Eng, tokoh masyarakat Cina di Pasar Lama, Kota Tangerang, Banten, dalam tulisan yang dipublikasikan Republika.
Masyarakat kadang memberikan penafsiran yang berbeda terhadap angpao, baik dari kalangan keturunan Tionghoa atau masyarakat Indonesia umumnya. Sebagian masyarakat menganggap memberikan uang tanpa amplop merah juga disebut angpao.
Padahal, Oey menjelaskan, pemberian uang saat Imlek seperti itu disebut derma, sama halnya dengan sedekah yang dilakukan umat Islam. Dalam tradisi Tionghoa, Oey melanjutkan, angpao memiliki tingkat yang lebih tinggi daripada derma.