Senin 16 Feb 2015 17:07 WIB

Perceraian Orangtua Membuat Anak Menjadi Depresi

Anak depresi kerap terlihat murung. Ilustrasi.
Foto: Babble.com
Anak depresi kerap terlihat murung. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari perspektif orang dewasa, kehidupan anak-anak mungkin terlihat bahagia. Namun kenyataannya, anak-anak saat ini hidup dengan banyak masalah yang bisa memicu ketakutan dan depresi.

Semuanya tergantung pada kehidupan mereka. Berikut adalah dua kekhawatiran yang mungkin dihadapi anak zaman sekarang dan cara mengatasinya seperti dikutip www.parentsindonesia.com.

Intimidasi

Intimidasi pada anak timbul ketika dia mulai masuk sekolah dasar atau di usia sekitar 6 tahun. Di usia ini anak-anak mulai memiliki kekuasaan secara sosial. "Bagi anak-anak, sekolah merupakan tempat interaksi sosial pertama mereka. Ini pertama kalinya mereka harus memecahkan masalah sosial, dan itu bisa membuat mereka depresi," kata Robert Sege, MD, Ph.D., Direktur Advokasi anak di Boston Medical Center.

Guru bisa saja bilang 'semua orang adalah teman.' Tapi anak-anak tahu secara naluri bahwa itu tidak selalu benar. "Anak yang merasa terintimidasi mungkin akan bilang bahwa mereka disiksa. Tetapi ada juga yang pulang ke rumah lalu mereka merasa sedih, menangis, dan marah."

Perceraian orangtua

Untuk beberapa pasangan, sebuah konflik bisa berujung pada perceraian. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar sepertiga dari pernikahan pertama pria akan berakhir dengan perceraian sebelum anaknya berusia 10 tahun. Bagi anak-anak, berapapun usianya, perceraian merupakan masalah yang sangat besar.

"Efek dari perceraian bagi anak-anak di bawah usia 6 tahun tidak bisa diketahui. Anak bisa merasa stres, sedih, dan bingung," kata Mona Gupta psikiater di Raleigh, North Carolina. Anak-anak tidak bisa berpikir jauh. Mereka akan berpikir apa yang akan terjadi pada saya jika ibu dan ayah tidak tinggal bersama lagi?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement