Rabu 11 Feb 2015 19:09 WIB

Wanita Paruh Baya Paling Berisiko Kecanduan Alkohol

Studi oleh Universitas Western Sydney mendapati ada peningkatan signifikan kasus ketergantungan alkohol pada kelompok wanita paruh baya di Australia.
Foto: ABC News
Studi oleh Universitas Western Sydney mendapati ada peningkatan signifikan kasus ketergantungan alkohol pada kelompok wanita paruh baya di Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, Studi terbaru menunjukkan lebih dari setengah juta wanita paruh baya di Australia berisiko tinggi memiliki masalah ketergantungan alkohol.

Dalam studi terbaru ini peneliti menyimpulkan kelompok wanita usia 35 - 59 tahun yang dijuluki 'generasi sandwich (terhimpit)'  banyak tenggelam dalam himpitan tekanan dari anak-anak mereka yang mulai remaja, orang tua lanjut usia, tanggung jawab pekerjaan maupun tuntutan pasangan.

 

Studi yang dilakukan oleh Universitas Western Sydney ini merupakan penelitian pertama yang menyoroti  tentang peningkatan ketergantungan masalah ketergantungan alkohol dikalangan wanita paruh baya.

 

Peneliti utama Dr Janice Withnall mengatakan di antara wanita generasi sandwich ini terdapat orang-orang yang  memiliki kemampuan terbatas untuk mengatasi kebiasaan mengkonsumsi alkohol, tidak memiliki alternatif kegiatan lain untuk mengalihkan kegemarannya minum alkohol maupun menjadikan kebiasaan minum alkohol sebagai pelipur lara mereka.

 

Dari studi ini diketahui 16 persen dari kelompok wanita paruh baya di Australia berisiko tinggi menderita ketergantungan alkohol tinggi. Jumlah ini setara dengan 624.000 wanita berusia antara 35 dan 59 tahun.

 

Dr Withnall mengatakan ketika perempuan di generasi ini mengetahui mereka bermasalah dengan minuman keras,  biasanya mereka sering menyepelekan atau mengabaikan masalahnya. Oleh karena itu Withnall menyerukan kebijakan strategi penanganan masalah alkohol nasional mendatang harus mencakup upaya mengenali masalah demografis ini dan juga program dukungan.

 

Karena berdasarkan riset yang dilakukannya para wanita paruh baya yang memiliki masalah ketergantungan alkohol bisa dibantu jika perasaan gelisah mereka yang menjadi pemicu kebiasaan minum-minuman keras itu bisa dikenali lebih dini dan mereka diberikan program penanganan yang beragam.

 

"Kita tidak menyadari kalau kelompok wanita berusia 35 hingga 59 tahun sangat beresiko tinggi menjadi pecandu alkohol di Australia," katanya.

 

"Saya melihat mereka banyak mengalami kecemasan dan depresi atau runtuh mental dan fisiknya karena mengkonsumsi alkohol dan itu sangat mengejutkan".

 

Wanita yang mengalami kecanduan alkohol parah sering merupakan orang yang kurang cakap mengatasi masalah maupun trauma masa lalunya. "Mereka mengaku kalau mereka tidak hanya mengalami satu pengalaman traumatis saja, tapi bahkan trauma yang bertubi-tubi tapi mereka tetap bertahan," katanya.

 

"Namun para perempuan ini mengaku hari demi hari mereka merasa semakin sulit menghadapi tekanan hidup mereka tanpa mengkonsumsi alkohol".

 

Riset yang dilakukan selama 7 tahun ini menyimpulkan kecanduan miras pada wanita paruh baya tidak bisa disembuhkan hanya melalui pengobatan jangka pendek maupun program detoks. Sebaliknya kunci keberhasilan mengatasi kegemaran mengkonsumsi alkohol justru dengan tidak mengkonsumsi alkohol sama sekali atau abstinence dan dukungan rekan sebaya seperti program  Alcoholics Anonymous.

 

Menurutnya ada 3 program yang harus dilakukan oleh praktisi kesehatan untuk mengatasi masalah ketergantungan alkohol pada wanita paruh baya yaitu identifikasi dini pemicu kecemasan, program dukungan rekan sebaya dan menemukan cara lain untuk bersantai dan memiliki rutinitas baru.

 

Penanganan ini penting karena menurutnya wanita pecandu alkohol berisiko mengalami gangguan  terkait alkohol dan juga gangguan kesehatan seperti kanker payudara dan demensia.

 

sumber : http://australiaplus.com/indonesian/2015-02-11/wanita-paruh-baya-beresiko-tinggi-menderita-ketergantungan-alkohol/1414403
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement