Rabu 11 Feb 2015 13:56 WIB

Ini yang Harus Dilakukan Jika Anak Jatuh dari Tempat Tidur

Anak menangis (ilustrasi)
Foto: Yogi Ardhi/Republika
Anak menangis (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebaiknya jangan remehkan kejadian anak jatuh dari tempat tidur. Karena jatuh dari tempat tidur bisa memberikan efek negatif pada kesehatan anak.

Risiko terburuk yang terjadi pada saat anak jatuh dari tempat tidur adalah gangguan pada susunan saraf pusat, kemudian juga risiko patah atau terkilir. Menurut Dr. Widodo Judarwanto, SpA, dokter tumbuh kembang anak dari RSIA Bunda, Jakarta, seperti yang dikutip dari www.parentsindonesia.com, orangtua harus mewaspadai gejala gangguan seperti anak menjadi tak sadarkan diri atau tidur berkepanjangan yang mengganggu susunan saraf pusat dan harus dibawa ke rumah sakit.

Selain itu, segera konsultasikan ke dokter jika anak Anak menjadi rewel, bingung, dan sering mengigau. Dr. Widodo memberikan beberapa kiat untuk menangani si kecil yang jatuh dari tempat tidur.

Periksa kesadaran anak

Periksa kesadaran anak segera. Lalu cek apakah ada benjolan di kepala setelah jatuh. Periksa apakah ada retak di bagian tulang kepala, tulang leher, bahu, tangan atau kaki, serta apakah anak mengalami gangguan penglihatan.

Rawat anak di rumah

Bila tidak ditemui hal-hal di luar kebiasaaan atau gejala berbahaya, rawat anak di rumah dengan tetap memerhatikan kesadarannya setiap dua jam sekali selama tiga hari setelah jatuh.

Hindari memberi obat muntah

Hindari memberikan anak obat muntah. Muntah-muntah merupakan salah satu indikator terpenting untuk menandai apakah anak mengalami gangguan di otak atau tidak. Sebaiknya segera bawa ke dokter.

Bawa ke dokter

Jika mendapati luka di kepala, tekanan perdarahan selama 10 menit segera bawa ke dokter bila tidak kunjung berhenti. Bila ada luka benjol atau memar di kepala, kompres dengan es.

Dalam menangani kasus cedera kepala anak, masa kritis yang memerlukan perhatian khusus dan menetukan kondisi selanjutnya adalah selama 48 jam setelah kejadian. Sebagai catatan penting, meskipun kepala tampak tidak terluka atau berdarah, bukan berarti tidak terjadi luka di dalam.

Dr. Widodo menambahkan, jika ditemui gejala gangguan susunan saraf pusat, sebaiknya anak segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut, khususnya CT scan atau MRI. Hal itu perlu dilakukan karena trauma kepala berat bisa mengakibatkan gangguan yang menetap. Sedangkan trauma kepala ringan dan sedang juga memiliki risiko menyebabkan anak mengalami gangguan fungsi kognitif dan motorik yang bisa berdampak negatif pada tumbuh kembang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement