Selasa 20 Jan 2015 19:58 WIB

Pamor Coklat Impor Lebih Kuat? Ini Alasannya

Rep: CR05/ Red: Winda Destiana Putri
Coklat
Foto: VOA
Coklat

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sebagai penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, diakui konsumsi coklat di Indonesia masih rendah se-Asia dibandingkan dengan negara lainnya. Hal itu disebabkan oleh berbagai hal.

Menurut Direktur Chocomory Axel Sutantio, pamor coklat lokal tidak dipungkiri masih kalah dibanding impor. Bagi lulusan Teknik Pangan luar negeri ini kualitas coklat dalam negeri tidak kalah dengan impor.

Namun selain faktor sejarah bahwa luar negeri seperti Swiss atau Amerika Latin yang telah lebih dulu mengonsumsi coklat, namun ada rahasia lain mengapa pamor impor lebih kuat.

"Selain memang sudah 300-an tahun mereka mengonsumsi coklat, tapi mereka memang jago soal marketing," ujar Axel di Cimory Riverside Puncak, Bogor, Selasa (20/1).

Hal itu bisa dia petik setelah melakukan survey ke beberapa negara. Dia mencontohkan Swiss yang tidak punya banyak pohon kakao seperti Indonesia tetapi konsumsi coklat negara tersebut tinggi.

Swiss juga fokus agar bagaimana imej coklat melekat pada negaranya. Tidak hanya Swiss, negara seperti Belgia juga kuat dalam hal marketing.

"Di daerah Belgia yang terkenal dengan coklatnya ada 11 juta penduduk berarti tidak lebih dari jumlah penduduk Jakarta. Namun ada 2 ribu toko coklat di sana, itu membuat mereka bersaing ketat," kata Axel.

Axel menambahkan, namun Indonesia juga pelan-pelan suatu saat bisa bersaing. Dia percaya 10 tahun ke depan atau bahkan mulai saat ini pamor kualitas coklat Indonesia bisa meningkat seiring pertumbuhan ekonomi.

Di samping itu, sebagai pengusaha coklat, dia akan terus berkontribusi menumbuhkembangkan industri coklat di Indonesia. Adapun Chocomory merupakan perusahaan yang memproduksi coklat lokal bercita rasa nusantara namun berkualitas internasional.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement