REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Selama 35 tahun, Indonesia telah menduduki posisi ketiga sebagai penghasil kakao atau buah coklat terbesar di dunia.
Hampir 500 tahun yang lalu tanaman coklat pertama kali masuk ke tanah air Indonesia. Semenjak itu perkebunan coklat di Indonesia pun berkembang dengan pesat berusaha untuk memenuhi kebutuhan coklat di pasar internasional.
Sayangnya, namun konsumsi coklat masyarakat Indonesia masih rendah. Hal itu turut disampaikan Pengamat Pakar Kuliner Indonesia Ari Parikesit.
"Bertahun-tahun Indonesia menjadi salah satu produsen utama kakao di dunia. Namun belum banyak produk coklat siap konsumsi lokal yang inovatif mengemas dan menjual coklat ke masyarakat luas," ujar Arie di Cimory Riverside, Puncak Bogor, Selasa (20/1).
Hal serupa juga diungkapkan Direktur Coklat Chocomory Axel Sutianto. Ia mengaku cukup miris mengingat Indonesia memiliki pohon kakao terbesar namun konsumsi coklat masyarakat kalah jauh dibanding Malaysia atau Singapura.
Dari keterangannya, konsumsi coklat masyarakat Indonesia merupakan salah satu terendah di Asia.
"Malaysia atau Singapura bisa satu kilogram pertahun, kalau Indonesia hanya 0,3 kilogram perkapita pertahun. Swiss yang dikenal negara coklat sampai 9 kilogram itulah rahasianya," kata Axel.
Adapun keduanya sepakat, masih rendahnya konsumsi coklat ini dikarenakan kuatnya persaingan dan pengaruh coklat impor.