Jumat 16 Jan 2015 09:41 WIB

Akhwat Tangguh Treveler Coba ‘Taklukkan’ Alam

Rep: mj01/ Red: Agus Yulianto
Antusiasme peserta akhwat pada hari terakhir IMSS 2012 di Monumen Pancasila, Bandung.
Foto: Wening Mulat Asih
Antusiasme peserta akhwat pada hari terakhir IMSS 2012 di Monumen Pancasila, Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perempuan biasanya identik dengan bersolek, belanja, dan pergi ke salon. Namun, berbeda dengan perempuan atau akhwat-akhwat tangguh ini. Mereka menyebutnya ‘akhwatreveler’. Begitu nama kelompok yang mereka bentuk pada 2013. Bersama ketiga rekannya, Farah Qoonita, Gracety Shabrina, dan Ella, Dian Chairunnisa yang kerap disapa Dian mulai menapaki gunung-gunung tinggi di Indonesia.

Mulanya, Akhwatraveler dicetuskan oleh Eci, sapaan Gracety. Kesamaan hobi untuk menjelajahi alam, membuat mereka mulai menjelajahi alam dan menjajaki gunung satu per satu. “Sudah pernah ke Semeru, Gede, Ujung Kulon, Pulau Seribu, Bromo, dan Baduy,” papar Dian.

Namun, tidak semua perjalan mereka lakoni bersama-sama. Terkadang hanya berdua bahkan pernah melakukan perjalanan sendiri.

Sesuai dengan namanya, Akhwatraveler, mereka berempat adalah muslimah yang menggunakan hijab syar'i. Dalam menjalani hobi menjelajahi alam ini, mereka pun menggunakan pakaian yang syar'i.

Menurut Dian, hijab syar'i seperti tidak berpakaian ketat, dan memanjangkan kerudung hingga menutupi dada bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan akan menghambat kegiatan mendaki gunung. “Jalan-jalan dengan pakaian syar'i justru lebih melindungi kita,” ujarnya.

Salah satu pegiat alam di Klub Aktivis Pegiat dan Pemerhati Alam di Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad, Sri Oktika Amran juga mengamini hal tersebut. Akhwat yang memiliki hobi berarum jeram ini berpendapat, hijab bukanlah penghalang bagi seorang muslimah untuk melakukan kegiatan alam bebas.

“Nggak dong. Apalagi sekarang hijab bergo sudah banyak yang bisa dipakai untuk kegiatan di alam bebas,” ujar akhwat yang kerap disapa Tika ini. Tika mengaku, sudah pernah mengarungi beberapa sungai di Jawa. Di antaranya, Citarum, Cimanuk, Cipeles, dan Elo.

Berbeda halnya dengan Hella Pristiwaningsih, mahasiswa Jurusan Jurnalistik 2011 Unpad ini sempat mengaku ribet menggunakan hijab saat berkegiatan di alam bebas. “Soalnya gerah, gatal, ribet. Apalagi waktu itu ikut pertama kali baru pakai kerudung dan ikut ekspedisi ke Lawu,” ujar Hella.

Namun, lama kelamaan, dia menjadi terbiasa dengan hijabnya. Menurutnya, justru sekarang dirinya merasa bangga menggunakan hijab sembari menggeluti hobi naik gunung dan panjat tebing.

Hella juga menambahkan, tak perlu takut terlihat lusuh atau jelek karena berkegiatan alam bebas. Oleh karena itu, Hella mulai mencoba tak hanya menggunakan kerudung bergo saat berkegiatan, tapi juga menggunakan kerudung pashmina. “Harus lebih stylish dong meskipun anak gunung,” tuturnya.

Farah Qoonita yang kerap disapa Qoon menambahkan tujuan Akhwatreveler dalam menjelajahi alam.  “Kami berkegiatan bersama sambil belajar, menunjukkan pada temen-temen kalau Muslimah tetep bisa kemanapun dengan tetap menjaga identitas muslimahnya,” ungkap Qoon.

Tidak hanya berpetualang, atau jalan-jalan, Qoon menambahkan, Akhwatraveler juga ingin berkontribusi dalam kegiatan sosial.  “Misalnya saat ke baduy, tidak hanya sekedar jalan-jalan, tapi juga menyumbangkan buku-buku kepada mereka. Jadi kita punya nilai kebermanfaatan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement