Ahad 04 Jan 2015 11:15 WIB

Selama Libur Panjang, Jumlah Wisatawan Menginap di Hotel Naik

Rep: C80/ Red: Winda Destiana Putri
Liburan di hotel (Ilustrasi)
Foto: SMH
Liburan di hotel (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Perhimpunan Hotel dan Restaurant Indonesia (PHRI) Kabupaten Bandung mencatat adanya peningkatan okupansi hotel dan restoran cukup signifikan, saat memasuki libur panjang (long weekend) kali ini.

Sejak perayaan Natal hingga awal tahun baru 2015 kenaikannya mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Hal tersebut dikatakan Ketua PHRI Kabupaten Bandung, Rudi Rustandi Donal. Dirinya mengungkapkan, masa liburan usai perayaan Natal dan tahun baru yang bersamaan dengan libur sekolah diakhir pekan, memang menjadi momen untuk bisnis hotel dan restoran dalam meningkatkan pengunjung.

"Hampir di semua hotel yang berada disini sejak sepekan lalu sudah terisi penuh begitupun kunjungan wisatawan ke restoran yang mayoritas sangat ramai bahkan overload," katanya, kepada Republika Ahad (4/1).

Donal menuturkan, dari 57 hotel yang berada dikawasan Soreang hingga objek wisata Ciwidey misalnya, sudah terisi sejak sepekan yang lalu. Bukan hanya hotel saja, kunjungan wisatawan yang mampir ke 639 restoran yang tercatat menjadi anggota PHRI juga turut mengalami peningkatan yang signifikan hingga tiga kali lipat.

"Kalau untuk keuntungan secara keseluruhan kami belum mendapatkan angka pastinya. Tapi kalau hitungan kasar jika pengelola biasanya mendapatkan Rp10 juta perhari, sekarang kurang lebih naiknya sekitar Rp30 juta," jelasnya.

Dijelaskan lebih lanjut, adanya penutupan objek wisata Gunung Tangkuban Parahu, cukup memberikan pengaruh besar terhadap meningkatnya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bandung. Sebab, dengan ditutupnya kawasan wisata tersebut, wisatawan berbondong-bondong mengalihkan perjalanannya ke Bandung Selatan.

Sementara, disinggung terkait adanya kenaikan tarif disejumlah hotel yang dianggap sepihak, Rudi menilai jika hal tersebut diluar kewenangannya. Sebab, hal tersebut merupakan kebijakan dari pengelola sebagai bentuk penyesuaian harga.

"Kalau itu kami tidak bisa ikut campur. Meski banyak wisatawan yang mengeluh tingginya tarif tapi kami rasa itu bentuk penyesuaian sesuai dengan fasilitas yang diberikan," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement