REPUBLIKA.CO.ID, Suatu hari Zahratussita Anaya diundang ke pesta ulang tahun temannya bernama Zalikha. Pesta diadakan di salah satu restoran cepat saji di dekat rumah. Sampai di sana, Anaya tak berani duduk di kursi yang telah disediakan dalam ruangan pesta. Ia baru mau duduk ketika sang bunda menemani duduk di sebelahnya.

Apakah yang dialami Anaya ini bentuk dari rasa tidak percaya diri anak?

Psikolog anak, Ine Indriani Aditya, M.Psi, EST menjelaskan rasa percaya diri tumbuh dari adanya perasaan mampu berkompetensi. Rasa percaya diri tidak terjadi karena orang tua sekedar mengatakan kepada anak bahwa mereka hebat.

Tetapi karena anak memang sudah berhasil mencapai sesuatu (achievements), baik berupa hal besar maupun kecil, atau sudah berusaha melakukan sesuatu. Terlepas dari apakah keberhasilan itu sudah maksimal atau belum.

Bagaimana ciri anak yang tidak percaya diri? Ine mengajak orang tua untuk mengenali tanda-tanda anak yang tidak percaya diri.

Anak yang tidak percaya diri tidak berani mencoba hal-hal yang baru. Dia mudah menyerah terhadap suatu tugas atau permainan yang sulit. anak ini juga sering tampil penakut seperti Anaya itu.

Ia tidak berani mencoba kegiatan olahraga yang menantang untuk anak seusianya. Ia pun tak berani menghadapi konflik. Selain itu, ia merasa tidak memiliki kemampuan atau kelebihan.

“Bahkan anak yang tidak percaya diri sering berkomentar negatif tentang dirinya sendiri misalnya saya nakal, saya tidak bisa, saya jelek, atau komentar lainnya,” jelas perempuan yang juga menjadi Ego State Therapist & Coach ini kepada ROL, Sabtu (20/12).

Ine menambahkan ciri lainnya anak yang tidak percaya diri adalah memiliki toleransi yang rendah terhadap stres, sering menunggu orang lain untuk membantunya, sering terlihat pesimistis, menarik diri dari teman-temannya dan juga menjadi sensitif terhadap komentar orang lain tentang dirinya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika