Selasa 16 Dec 2014 13:48 WIB

Ketidakmampuan Bicara Jadi Pemicu Anak Suka Mendorong?

Anak yang kerap agresif terhadap anak lain diduga melakukannya karena belum bisa berkomunikasi.
Foto: Wikipedia
Anak yang kerap agresif terhadap anak lain diduga melakukannya karena belum bisa berkomunikasi.

REPUBLIKA.CO.ID, Balita yang suka mendorong atau memukul seringkali diasosiasikan dengan ketidakmampuannya berkomunikasi. Frustrasi karena belum bisa bicara kerap dituding sebagai pencetus sikap agresif anak.

Studi terbaru yang dilakukan oleh University of Montreal namun menunjukkan minimnya hubungan antara kemampuan berbicara dengan perilaku agresifnya. Adalah perilaku orang tua kepada anak di usia dini yang menyebabkan sikap agresif anak.

Memukul, menendang, dan kecenderungan menggigit orang lain adalah contoh perilaku agresif yang dilakukan balita, seperti dikutip dari laman Sciencedaily, Selasa (16/12).

''Sejak 1940 studi telah mengobservasi kaitan antara masalah agresi fisik dan bahasa antara anak dan orang dewasa. Kami ingin melihat apakah dua hal itu ada di balita usia 17 hingga 72 bulan, dan jika iya, siapa yang memengaruhinya,'' ujar Lisa-Christine Girard, peneliti dari Research Unit on Children's behavior Problems (GRIP).

Hasilnya, tampak ada kaitan antara frekuensi agresi fisik dan kualitas perkembangan bahasa di balita 17 hingga 41 bulan. Faktanya, anak dengan kemampuan bahasa rendah di usia 17 bulan menunjukkan lebih banyak sikap agresif secara fisik ketika berumur 29 bulan. Dan frekuensi sikap agresifnya itu pada usia 29 bulan juga bisa dikaitkan dengan kemampuan bahasa yang rendah saat berumur 41 bulan.

Namun, menurut peneliti, kaitan antara keduanya cukup rendah. Pada usia 17 hingga 41 bulan adalah masa ketika balita berkembang secara signifikan kemampuan berbahasanya dan masa ketika anak menunjukkan frekuensi sikap agresif yang tinggi.

''Manusia menggunakan sikap agresifnya paling banyak di usia 17 hingga 41 bulan,'' terang Richard E Tremblay, profesor di Departments of Psychology and Pediatrics dari Université de Montréal. Setelah masa tersebut, sebagian anak akan belajar untuk menggunakan cara selain sikap agresifnya untuk mendapatkan apa yang ia mau. Itu berarti, mengurangi kaitan antara belum bisa bicara dengan sikap agresif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement