Selasa 09 Dec 2014 13:10 WIB

Anak Idolakan Tokoh Kartun? Ini Dampak Positifnya

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Tokoh kartun bisa dimanfaatkan orang tua untuk mengajarkan banyak hal baik yang bermanfaat ke anak.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Tokoh kartun bisa dimanfaatkan orang tua untuk mengajarkan banyak hal baik yang bermanfaat ke anak.

REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini anak-anak, terutama anak perempuan, sedang jatuh cinta dengan tokoh Elsa dan Anna dalam film animasi 3D dari Walt Disney Animation Studios berjudul Frozen. Film ini menceritakan tentang seorang putri pemberani bernama Anna, yang bertualang bersama temannya Kristoff, untuk mencari kakak perempuan sang ratu, Elsa, yang menyebabkan kerajaan mereka mengalami musim salju abadi.

Anak-anak lantas menjadi keranjingan Elsa dan Anna. Segala sesuatu mengenai tokoh ini ingin dimilikinya. Mulai dari DVD, baju bergambar Frozen, boneka Anna dan Elsa serta atribut lainnya.

Bahkan mereka juga menirukan tingkah laku sang tokoh, termasuk saat menyanyikan lagu Frozen, berjudul Let it Go atau Do You Wanna Built The Snowman. Apakah hal ini baik untuk anak? Atau justru sebaliknya?

Psikolog anak, Ine Indriani, MPsi mengatakan dunia anak adalah dunia bermain dekat sekali dengan tokoh-tokoh non-fiksi. Seperti Anna, Elsa, Mickey Mouse, Hello Kitty, Sofia dan lainnya.

 

Terutama untuk anak usia dua sampai empat tahun yang memasuki fase simbolik. Pada tahap ini anak sedang mengembangkan kemampuan berfantasi dan bermain pura-pura. "Dan tokoh kartun adalah tokoh simbolik yang mudah untuk dipahami anak," ujarnya kepada ROL, Selasa (9/12).

Meskipun di usia di atas empat tahun fase ini sudah tidak ada. Tapi karena daya imajinatifnya masih ada maka anak pun menjadi lebih suka dengan tokoh-tokoh kartun atau fiksi.

"Biasanya fase simbolik usianya dua sampai empat tahun, tapi kesukaan terhadap tokoh kartun bisa sampai seterusnya dan ada juga yang sampai dewasa," ujarnya.

Menurut Ine, dampak positif dan negatif tentu sangat tergantung. Secara positif dampaknya, orang tua bisa menyisipkan nilai-nilai yang bisa menyemangati anak. Misalnya, anak suka hello kitty. Supaya anak semangat sikat gigi, orang tua bisa mencari sikat gigi yang bergambar karakter hello kitty.

Dan kalau dalam karakter kartun tersebut karakter sifatnya baik, orang tua bisa memasukan nilai-nilai positif ke anak. Misalnya, Putri Sofia yang rendah hati dan suka belajar. Orang tua bisa menanamkan sifat rendah hati dan suka belajar menggunakan tokoh Sofia

Bisa pula mengajarkan pengetahuan lewat karakter kartun favorit anak. Contohnya, belajar warna dan bentuk dengan menggunakan gambar-gambar tokoh kartun favorit anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement