REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Indonesia dalam  fungsinya sebagai aset diplomasi publik untuk menunjukkan Indonesia pada  dunia harus memuat konten dan nilai-nilai lokal baik secara politik,  sosial, dan budaya.
   
Sutradara ternama Riri Riza menyebutkan  tradisi dan nilai budaya Indonesia, salah satunya tradisi seni wayang  orang Jawa, dapat dinikmati melalui karyanya yang berjudul Drupadi. "Drupadi merupakan karya hibrida yaitu kombinasi antara aspek sinematik dan seni pertunjukan," ujarnya di Jakarta, Rabu (26/11).
Tidak ada kode iklan yang tersedia.   
Film  berdurasi 45 menit ini, lanjutnya, dibuat berdasarkan ide dari penulis  terkenal Leila S Chudori dan proses pembuatannya bekerja sama dengan  sanggar tari di Yogyakarta milik Bagong Kussudiardja.
Film ini  mengadaptasi salah satu bagian dari epik terkenal Mahabarata di mana  tokoh utamanya yaitu Drupadi, memperjuangkan kebebasannya setelah  menjadi abdi Kurawa karena kekalahan Yudistira (Pandawa) dalam sebuah  permainan dadu.
Drupadi merupakan sebuah simbol di mana seorang  wanita memperjuangkan sebuah dunia yang didukung keadilan dan persamaan  hak di era modern seperti saat ini.
"Film-film seperti Drupadi ini  sifatnya 'timeless' dan memiliki peminat tersendiri di jaringan yang  bukan komersil," kata pria bernama lengkap Mohammad Rivai Riza itu.
Meskipun  tidak dipasarkan secara luas, namun Riri masih saja menerima permintaan  atas pemutaran Drupadi dari berbagai instansi dan festival film sejak  kali pertama film ini dirilis perdana di Jakarta International Film  Festival dan Hong Kong Film Festival pada 2009.
   Menyadari sifatnya  yang timeless maka film yang dibintangi aktor dan aktris ternama seperti  Dian Sastro (Drupadi), Nicholas Saputra (Arjuna), Ario Bayu (Bima), dan  Dwi Sasono (Yudistira), ini direkam dalam format seluloid agar bisa  disimpan dalam jangka waktu puluhan hingga ratusan tahun.
 
"Indonesia  punya banyak potensi film-film klasik yang sayangnya sebagian besar  disimpan dalam kualitas yang tidak terlalu baik," ujar sutradara Laskar  Pelangi itu.
Film-film klasik seperti "Lewat Djam Malam" karya Usmar  Ismail, "Anak Perawan di Sarang Penjamun" karya Usmar Ismail, dan "Koboi  Cengeng" karya Nya' Abbas Akup saat ini disimpan di Sinematek Indonesia  dalam bentuk canon atau rol pita film.
               
        
        		
	 
	sumber : Antara