REPUBLIKA.CO.ID,SORONG--Distrik Klamono, merupakan wilayah yang berada di sebelah timur Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat. Distrik ini, jauh dari perkotaan.
Untuk mengakses ke daerah itu, diperlukan waktu sekitar 2,5 jam dari pusat Kota Sorong. Akan tetapi, jalan menuju wilayah itu tidak semuanya mulus.
Beruntung, arus lalu lintas di daerah tersebut tak sepadat di Jakarta atau kota besar lainnya. Sehingga, kendaraan bisa memacu kecepatan di atas 60 kilometer per jam.
Sepanjang perjalan, terlihat hutan yang lebat. Bahkan, anggrek tanah pun terlihat di kanan kiri jalan. Bunganya yang ungu, tampak cantik meskipun hanya dilihat dari balik kaca mobil.
Setibanya di Distrik Klamono, perkampungan penduduk masih sangat jarang. Apalagi, kita memasuki kawasan sumur minyak tua Klamono. Suasananya sangat pedesaan sekali.
Akan tetapi, di daerah yang sepi tersebut, ternyata menyimpan harta karun. Yakni, sumur minyak peninggalan zaman kolonial Belanda. Sumur minyak tersebut, berada di tengah-tengah hutan belantara Distrik Klamono.
Muhammad Irfan, Super Visor Bagian Operasi Produksi dan Pengumpulan Stasiun Pengumpul Minyak Pertamina EP Klimono mengatakan, sumur minyak yang di wilayah ini sudah ada sejak 1938 lalu. Sumur tersebut, awalnya ditemukan kolonial Belanda yang berada di Papua.
"Jadi, sumur ini sudah sangat tua," ujarnya kepada Republika akhir pekan kemarin.
Meskipun sudah tua, sumur ini masih produktif. Terbukti, sampai hari ini dari 205 sumur yang ada, 141 di antaranya masih aktif produksi. Akan tetapi, hasil produksinya sudah terseok-seok.
Dari ratusan sumur minyak tersebut, menghasilkan 125 ribu barel per hari. Namun, hasil tersebut masih dalam keadaan kotor. Yakni, campuran antara minyak dan air.
Sedangkan, minyak yang diperoleh secara bersih dari 125 ribu barel itu, paling juga hanya 1.000 barel per hari. Dengan kata lain, minyak yang dihasilkan dari pengeboran setiap harinya hanya satu persen.
"Sangat sedikit," ujarnya.