REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA--Surabaya adalah kota yang beruntung. Berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah barat, metropolitan berjuluk Kota Pahlawan itu dianugerahi. keanekaragaman hayati tanaman mangrove yang melimpah.
Potensi tersebut tidak disia-siakan begitu saja oleh warga dan pemerintah setempat. Dirintis sejak 2009, area itu dikembangkan menjadi kawasan ekowisata mangrove yang asri.
Pintu masuk kawasan ekowisata tersebut berada di wilayah administrasi Desa Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Jika menggunakan kendaraan pribadi, lokasi tersebut bisa dijangkau tak lebih dari 30 menit perjalanan dari pusat kota.
Bertandang ke kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo (EMW), wisatawan disuguhkan suasana damai sekaligus edukatif. Suasana tersebut terasa ketika /Republika/ berkunjung Ahad (21/9) lalu.
Memasuki kawasan seluas 2300 hektare itu, pengunjung sama sekali tidak dipungut biaya. Kecuali, pengunjung ingin masuk ke /jogging track/ atau menjelajah Kali Brantas dengan menggunakan perahu.
Setidaknya, ada tiga titik utama di kawasan EMW yang dibuka untuk umum, yakni kawasan hutan bakau di sekitar pintu masuk, kawasan /jogging track/, serta kawasan taman mangrove di muara Kali Brantas. Selain tiga titik tersebut, masih ada sentra kuliner, tempat bermain anak, serta sarana pendukung lainnya.
Di tiga titik kawasan utama, wisatawan bisa menjelajah ke dalam hutan mangrove dengan menyusuri jembatan papan atau anyaman bilah bambu. Berbagai jenis tumbuhan mangrove terhampar di kanan-kiri, sementara beraneka burung berterbangan lincah dari satu dahan ke dahan yang lain.
Berhubung itu hari Ahad, seperti biasa, kawasan EMW ramai dikunjungi. Macam-macam latar belakang para pengunjung. Ada rombongan anak sekolah, kelompok ibu-ibu PKK, wisatawan asing, komunitas fotografi, dan lain-lain.
Area /jogging track/, jembatan papan di tengah hutan bakau sepanjang 500 meter ramai dipadati wajah kaum muda. Cukup membayar Rp 1000 untuk bisa menikmati fasilitas itu. Meski disebut /jogging track/, kenyataannya tak tampak seorang pun berlari-lari di sana.
Tampak lelah sehabis berjalan-jalan, anak-anak muda duduk sambil bersenda gurau di tepian jembatan. Sebagian berjejer dalam jumlah besar, sementara yang lainnya duduk bersanding berpasang-pasangan.