Kamis 11 Sep 2014 15:27 WIB

Kapan Rasa Galau Perlu Diwaspadai?

Remaja sangat rentan dengan rasa galau, faktor hormon dan pubertas diantaranya menjadi penyebab.
Foto: Wihdan Hidayat/Republika
Remaja sangat rentan dengan rasa galau, faktor hormon dan pubertas diantaranya menjadi penyebab.

REPUBLIKA.CO.ID, Mood yang berantakan, perasaan yang buat hati jadi tidak enak, atau kegalauan yang tak berkesudahan lekat dengan kaum remaja. Kadang rasa-rasa itu datang tanpa alasan apa pun. Rasa galau merupakan bagian dari kehidupan.

Seperti dikutip dari laman Webmd, masa remaja sarat dengan kenaikan dan mengalirnya hormon. Akibatnya, rasa-rasa tidak enak itu mudah mampir.

Galau yang tak berkesudahan namun tidak baik bagi kesehatan, diri sendiri juga orang-orang di sekitar kita. Bahayanya lagi, bila rasa galau sudah terbiasa dirasakan dikuatirkan kebiasaan itu sulit untuk dihentikan.

Apa sebenarnya yang menyebabkan kegalauan? Bagi banyak remaja, berhadapan dengan tekanan di sekolah dan perubahan sehari-hari bisa menyebabkan kegalauan. Seorang remaja bisa tertekan bila orangtuanya mengharapkan ia mendapatkan nilai bagus, pintar di olahraga, sedang sang remaja ingin bisa kelihatan menarik dan populer di sekolah.

Ya, menjadi sempurna sangat sulit. Karena tidak ada manusia yang sempurna!

Sebagian besar remaja ingin bisa mandiri, dengan tetap memiliki sedikit rasa kebergantungan pada keluarga. Remaja umumnya ingin diperlakukan seperti orang dewasa, meski terkadang masih ingin diperlakukan bak anak-anak.

Remaja merupakan masa transisi antara anak-anak ke dewasa. Dan semua perubahan serta tanggung jawab yang menyertainya bisa jadi terasa berat.

Penyebab lain kegalauan adalah masuknya masa pubertas di kaum remaja. Tak hanya hormon yang berpengaruh saat itu, tapi juga perubahan fisik yang terjadi bisa menyebabkan rasa galau. Perubahan mood yang tiba-tiba senang lalu sedih itu kadang menakutkan bagi remaja.

Tak perlu kuatir berlebihan, hampir semua remaja mengalami masa-masa seperti itu. Yang penting remaja memahami apakah mood yang jelek bersifat sementara atau menjurus ke depresi yang menakutkan.

Jika rasa galau berlangsung panjang dan lama, termasuk perasaan putus asa, hingga rasa bosan yang terlalu parah, coba untuk mendapatkan bantuan. Caranya, lewat berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Kadang gejala-gejala tersebut merupakan tanda adanya gangguan di jiwa yang bernama depresi.

Depresi lebih dari sekadar merasa sedih atau merasa berada di titik terbawah. Depresi bisa mengarah ke kemarahan yang luar biasa hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement