Rabu 03 Sep 2014 14:51 WIB

Ingin Harmonis? Hindari Fenomena 'Alone Together'

Rep: MG ROL 25/ Red: Indira Rezkisari
Dalam situasi keluarga yang hangat, sistem otak anak akan berjalan aktif.
Foto: Prayogi/Republika
Dalam situasi keluarga yang hangat, sistem otak anak akan berjalan aktif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Fenomena berada dalam keramaian namun merasa sendirian ternyata sedang merebak dalam banyak keluarga. Fenomena yang kerap disebut 'Alone Together' ini bukan hanya terjadi di negara barat, tapi juga di Indonesia.

Keadaan 'Alone Together' terjadi ketika setiap anggota keluarga asyik sendiri dengan aktivitas mereka. Padahal di sekeliling mereka ada pula anggota keluarga lainnya.

Sibuk membaca koran, bermain games, atau menonton televisi, adalah aktivitas-aktivitas yang kerap dijadikan alasan untuk menghindari perbincangan dengan keluarga. Meski raga berada dalam ruangan yang sama, secara psikologis, jiwa keluarga tersebut terpisah.

“Ini disebabkan padatnya aktivitas anggota keluarga, dan interaksi yang minim,” jelas Efnie Indrianie, psikolog anak, saat menjadi pembicara dalam Media Gathering Oreo #AsyiknyaBersama, Rabu (3/9).

Jika kondisi ini terus dibiarkan keluarga akan kehilangan kehangatan. Anggota keluarga pun saling tak acuh. Padahal, bagi anak-anak, kebersamaan keluarga menjadi fase penting untuk tumbuh kembang anak.

“Dengan situasi yang hangat, sistem otak anak bisa berjalan aktif,” kata Efnie.

Efek jangka panjang fenomena ini adalah risiko munculnya depresi pada anak saat dia dewasa. Kepribadian anak pun, jelas Efnie, tidak akan tumbuh dengan optimal, karena kecerdasan emosional mereka telah terganggu.

Untuk menghidari fenomena yang tengah marak ini, orangtua berperan besar untuk menciptakan suasana baru. Orangtua bisa sedikit berkreativitas dengan mengajak anak lebih banyak bermain bersama, seperti bermain ular tangga atau membaca cerita.

Bagi anak-anak yang masih dalam fase oral, makanan bisa menjadi solusi baik untuk menciptakan kebersamaan. Seorang ibu bisa menyediakan makanan kesukaan keluarga, yang bisa merekatkan hubungan.

"Sebisa mungkin, buat memori masa kecil mereka menyenangkan, agar saat dewasa menjadi pribadi bahagia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement