REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Wisatawan nusantara maupun mancanegara dilarang memasuki kawasan Baduy Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, karena sedang melaksanakan tradisi kawalu kedua atau "bulan karo".
"Kami meminta wisatawan menghormati dan menghargai keputusan adat karena masyarakat Baduy Dalam sedang menjalani ritual adat peninggalan nenek moyang itu," kata Koordinator Pemandu Wisata Baduy Danil Ismundaru di Lebak, Rabu (26/3).
Ia mengatakan, selama tiga bulan warga Baduy Dalam menjalankan tradisi ritual kawalu dengan puasa serta berdoa meminta keselamatan bangsa dan negara yang aman, damai, dan sejahtera. Tradisi kawalu tersebut berlangsung sejak nenek moyang.
Saat ini mereka sudah melaksanakan kawalu kedua dan April nanti memasuki kawalu ketiga. Selama perayaan kawalu, kata dia, wisatawan nusantara maupun mancanegara dilarang memasuki kawasan Baduy Dalam yang tersebar di Kampung Cibeo, Cikawartana dan Cikeusik.
Mereka menjalankan tradisi kawalu penuh khusyuk dan penuh sederhana. Warga Baduy sambil berdoa meminta kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar negara ini diberikan rasa aman, damai, dan sejahtera.
"Kalau negara ini aman dan damai tentu masyarakat akan sejahtera," katanya.
Dia juga mengatakan, larangan tersebut juga telah dipasang peringatan di pintu gerbang Baduy di Ciboleger agar pengunjung menaati hukum adat. Sebab, tradisi kawalu warisan nenek moyang yang harus dilaksanakan setiap tahun, dirayakan tiga kali selama tiga bulan dengan puasa seharian.
Perayaan kawalu merupakan salah satu tradisi ritual yang dipercaya oleh warga Baduy Dalam sehingga perlu menghargai dan menghormati keyakinan agama yang dianut mereka. "Selama melaksanakan kawalu, kondisi kampung Baduy Dalam sepi karena mereka berpuasa dan banyak memilih tinggal di rumah-rumah," katanya.
Ketua Wadah Musyawarah Masyarakat Baduy (WAMMBY) Kasmin Saelan mengatakan, selama kawalu perkampungan Baduy Dalam tertutup bagi pengunjung, sekalipun itu pejabat daerah ataupun pejabat negara.
Mereka menjalankan kawalu karena peninggalan adat yang turun temurun dan harus dilaksanakan.
Setelah berakhir perayaan kawalu, kata dia, tentu pengunjung kembali diperbolehkan mendatangi kawasan Baduy Dalam. Dia menjelaskan, setelah kawalu, satu bulan yang akan datang merayakan acara 'seba' dengan mendatangi bupati dan Gubernur Banten dengan membawa hasil-hasil bumi (pertanian).
"Setiap 'seba' mereka masyarakat Baduy akan membawa hasil pertanian ladang, seperti gula merah, pisang dan petai," katanya.