Ahad 23 Mar 2014 08:48 WIB

Suzhou, Venesia Berbalut Sutra (2)

Rep: Elba Damhuri/ Red: Indira Rezkisari
Pertunjukan busana sutra di Shuzou
Foto: Maha Eka Swasta/Antara
Pertunjukan busana sutra di Shuzou

REPUBLIKA.CO.ID, Di dekat Taman Lingering, berdiri satu pagoda tinggi nan ramping, Pagoda Tiger Hill atau disebut juga Pagoda Yunyansi. Pagoda ini dibangun pada tahun 959 dan selesai pada 961 ketika Dinasti Song berkuasa.

Tinggi pagoda ini 47,7 meter dengan jumlah tujuh lantai dan delapan bagian. Seluruh pagoda dibentuk dari batu bata dengan total berat 6.000 ton. Pagoda Tiger Hill ini menjadi simbol utama Kota Suzhou dan dimasukkan ke dalam situs-situs yang dilindungi negara.

Di area pagoda ini ada ukir-ukiran di batu dan batu bertulis peninggalan Dinasti Song. Ada ukiran batu berbentuk kura-kura yang dianggap sebagai simbol panjang umur. Ada juga bergambar harimau, yang menurut legenda lokal harimau-harimau itu sempat menjaga pagoda dari gangguan pihak luar dan musuh-musuh Dinasti Song.

Banyak turis lokal memilih berpose di ukir-ukiran batu kura-kura seraya berharap dipanjangkan umurnya. Ukir-ukiran itu tidak bisa diduduki atau diinjak karena dilindungi jeruji besi di sekelilingnya.

Mengunjungi Pabrik Sutra

Satu tempat menarik lain yang wajib dikunjungi di Suzhou adalah Pabrik Sutra Nomor Satu, begitu mereka mem-branding namanya. Ini merupakan pabrik sutra terbesar di Cina yang dibangun pada 1926 yang memang sengaja digunakan sebagai model industri sutra untuk pariwisata.

Semua pengunjung bisa menyaksikan proses pembuatan sutra dari penanaman pohon, pembiakan ulat, panen ulat dari daun pohon yang ditanam, proses pembuatan sutra, hingga menjadi barang jadi. Semuanya gratis, kecuali Anda membeli produk jadi sutra tadi.

Di ruang pemrosesan, para pekerja sibuk dengan proses pembuatan sutra dengan mesin yang berdiri panjang di satu ruangan ber ukuran 200 x 100 meter itu. Mereka mengenakan seragam putih dan hijau dengan kepala dihiasi topi kecil. Suara mesin menggulung sutra yang diproduksi terdengar keras.

Keluar dari ruang pembuatan sutra, para turis memasuki toko penjualan barang jadi dari sutra. Tersedia beragam bantal, pakaian, celana, syal, selimut, hingga saputangan yang semuanya terbuat dari sutra asli. Desainnya pun menarik perhatian dan memaksa setiap orang untuk membelinya.

Soal harga, lumayan. Untuk satu bantal saja, harga paling murah 200 yuan atau sekitar Rp 300 ribu. Harga selimut yang paling murah dua kali lipat harga bantal, 600 yuan. Sementara, harga kemeja dan baju-baju wanita rata-rata di atas 500 yuan. Tidak sedikit harga baju yang mencapai 1.000-2.000 yuan dan dibeli turis-turis.

Seusai berbelanja, wisata di pabrik sutra belum berakhir. Babak final perjalanan ini adalah menonton peragaan busana wanita-wanita muda Suzhou mengenakan baju-baju dari sutra produksi pabrik itu.

Setiap pengunjung yang ingin menyaksikan peragaan busana bisa langsung meminta kepada petugas di tempat. Berapa pun pengunjung yang menonton, peragaan busana tetap diadakan dan gratis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement