Ahad 23 Mar 2014 08:15 WIB

Suzhou, Venesia Berbalut Sutra (1)

Rep: Elba Damhuri/ Red: Indira Rezkisari
Shuzou
Foto: absolutechinatours.com
Shuzou

REPUBLIKA.CO.ID, Dunia sejak lama mengenal Shanghai sebagai magnet utama Cina. Lumrah, karena sejak lama, kota ini menjadi pusat perdagangan dan bisnis internasional. Tapi, magnet itu tak hanya berhenti di Shanghai.

Dua jam perjalanan dengan bus atau berjarak 80 km dari Shanghai, berdiri kota satelit dengan kekayaan budaya dan peradaban hebat masa lampau, Suzhou.

Kota yang masuk Warisan Dunia PBB (Unesco) ini memiliki perpaduan unik, historis, dan menarik yang sangat disayangkan jika dilewatkan. Kanal Suzhou menjadi daya tarik utama datangnya turis-turis lokal dan asing.

Taman-taman kota peninggalan dinasti- dinasti Cina yang total jumlahnya ada 200 taman selalu dipadati pengunjung. Jembatan-jembatan batu melengkung menjadi ciri khas Suzhou.

Ada ratusan jembatan seperti ini melintas di atas Sungai Yangtze di seluruh kota. Yang tak kalah menariknya, berdirinya banyak pagoda menjulang tinggi semakin memperkaya cakrawala kita tentang kehidupan masa lalu kota ini.

Plus masih megahnya gerbang-gerbang tua di pusat dan pinggiran kota serta sisa-sisa bangunan tua yang masih dijaga.

Suzhou adalah kota air. Sejak 2000 tahun lalu, lalu lintas kenal sudah dikenal di sini untuk kepentingan bisnis, perdagangan, budaya, dan sosial. Di kiri kanan kanal berdiri rumah-rumah penduduk dengan segala suasana kehidupan sehari-harinya.

Para turis bisa menelusuri kanal dengan perahu-perahu mesin yang ta rifnya bervariasi, mulai 150 yuan sampai 250 yuan (Rp 200 ribuan sampai Rp 400 ribuan). Perahu wisata kanal itu akan membawa kita menyusuri meter demi meter jalan air sepanjang 2,5 km itu.

Sepanjang jalan, beragam pemandangan bisa kita lihat. Rumah-rumah tua padat berdiri, jemuran-jemuran yang dikaitkan dengan tali dan penjepit supaya tidak terbang, hingga kaum ibu dan bapak yang mencuci pakaian di depan rumahnya di pinggir kanal.

Dari kamar-kamar rumah itu, kita menyaksikan orang-orang lokal memandangi para turis di kapal yang sibuk memoto ataupun saling bercengkrama.

Atau, jika sedang beruntung, sambil menikmati perahu-perahu lain yang lewat, kita akan mendengarkan gadis-gadis lokal bersenandung, menyanyikan lagu-lagu rakyat dan pop. Tentu, Anda harus bisa bahasa Mandarin untuk tahu arti lagu yang dinyanyikan itu.

Wang, pemandu wisata asli Shanghai, berdiri di depan perahu sebelah pengemudi, menjelaskan segala hal tentang Kanal Suzhou ini. Menurut Wang, hampir seluruh bangunan yang ada di pinggir kanal ini masih berwujud asli sejak pertama dibangun ratusan tahun lalu.

Pemerintah Cina, kata Wang yang memiliki nama panggilan Indonesia, Megawati, melarang segala bentuk pemugaran yang mengubah arsitektur asli bangunan-bangunan itu, meski itu sebetulnya milik pribadi.

‘’Warga di sini patuh atas aturan itu, karena juga berdampak pada ekonomi masyarakat,’’ kata Wang yang cukup fasih berbahasa Indonesia, dengan sedikit berlogat Jawa.

Jembatan batu melengkung beberapa kali dilewati perahu. Pemandangan sejumlah orang memancing makin mem perkaya jepretan foto para pelancong. Wang mengatakan, segala aktivitas warga di sepanjang kanal diperbolehkan asalkan tidak untuk buang air besar. Warga mandi pun, kata dia, diizinkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement