Jumat 14 Mar 2014 19:52 WIB

Perempuan AS Ogah Beli Lego, Kenapa?

The Lego Movie
Foto: insidemovies.ew.com
The Lego Movie

REPUBLIKA.CO.ID,  LOS ANGELES — Salah satu mainan yang paling dikenal di seluruh dunia, diketahui oleh tua dan muda, adalah LEGO. Dari hanya balok-balok yang bisa ditempel satu sama lain dan disusun menjadi bentuk yang diinginkan, Lego telah berkembang sejak diciptakan lebih dari 50 tahun lalu, dan menjadi permainan video serta film layar lebar.

Peter Abrahamson, seorang warga AS yang telah bermain Lego selama lebih dari 40 tahun, mengatakan bunyi mainan Lego adalah suara kreativitas. "Yang luar biasa dari Lego adalah kemampuan dari sebuah mainan untuk membuat mainan lain," ujarnya seperti dilansir voanews.com, Jumat (14/3).

Ia membangun kreasi Lego di rumah, bersama putrinya, dan berhubungan dengan penggemar di LEGO Users Group di Los Angeles. Ada kelompok-kelompok penggemar berusia dewasa seperti ini di seluruh dunia, tempat kreasi dipamerkan, dan orang-orang membeli, menjual dan saling bertukar balok Lego.

Mariann Asanuma memiliki mata pencarian dari penjualan kreasi Lego. Perempuan itu mengatakan sejak ia kecil sampai sekarang, masih lebih banyak laki-laki daripada perempuan yang bermain Lego.  "Jika Anda pergi ke konvensi atau pertemuan penggemar Lego, hanya ada sekitar 5 persen perempuan," ujarnya.

Pria dewasa bersedia menghabiskan uang untuk membeli set Lego, ujar Paul Hollingsworth, dengan kreasi penjara zombie pada sebuah pertemuan penggemar, yang bernilai sekitar US$600. "Perempuan mungkin lebih suka membeli tas atau sepatu, tapi banyak pria yang lebih memilih membeli Lego," ujarnya.

Namun dengan meningkatnya popularitas Lego, banyak yang sekarang dipasarkan untuk perempuan. Anak perempuan Hollingsworth yang berusia tujuh tahun, Hailee, gemar bermain Lego dan memiliki acara YouTube sendiri yang menunjukkan dirinya membangun kreasi Lego.

Nathan Sawaya juga memiliki penonton global. Namun bukan di dunia maya, karena ia menunjukkan kreasi Lego buatannya di galeri seni dan pameran sampai di Singapura, Taiwan, Shanghai dan Afrika Selatan.

Karya seninya itu menarik banyak orang dari segala usia.

"Seni yang dibuat dari balok Lego sangat mudah diakses," ujar Sawaya. "Orang punya Lego di rumah jadi mereka dapat terhubung dengan seni itu dengan cara yang berbeda."

Selain pameran dan konvensi, banyak orang berinteraksi dengan Lego di taman bermain LEGOLAND yang ada di beberapa negara, atau lewat film "The Lego Movie" yang baru-baru ini diluncurkan. "Kami suka sekali filmnya dan telah melihatnya dua kali," ujar penggemar Lego bernama Paul Lee. Balok Lego, menurutnya, tidak lekang waktu.

"Balok Lego yang dijual sekarang masih sesuai dengan balok yang dibuat 30 tahun lalu," ujarnya.

Banyak penggemar Lego mengatakan akan mewariskan balok-balok Lego pada anak mereka, dan berharap para cucu juga masih mau bermain Lego.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement