REPUBLIKA.CO.ID, Dari Istana Es dan wahana lima dimensi, saya dan rombongan me nuju hotel tempat menginap dan berkesempatan melakukan city tour. Selama berkeliling di daerah hotel, saya ti dak pernah menemukan satu pun pe ngemis atau peminta-minta yang berkeliaran. Rumah-rumah di Jeju umumnya juga tidak dibatasi dengan pagar. Mungkin karena ini pulalah Jeju mempunyai julukan Sammo-do yang artinya pulau tanpa tiga hal, yaitu pencuri, pengemis, dan pagar utama, yang membatasi halaman rumah dengan jalanan.
Jeju juga memiliki julukan lain, yaitu Samda-do yang artinya pulau dengan tiga hal yang melimpah. Ketiga hal ini memang dengan mudah saya jumpai, yakni angin segar, bebatuan alam, dan perempuan.
Menurut salah seorang pemandu wisata kami, Young Wan-ko, penduduk Jeju memang mayoritas perempuan dengan komposisi hampir dua pertiga (perempuan) berbanding sepertiga (laki-laki). Adapun, bebatuan alam sangat banyak digunakan untuk pembatas jalan, pembatas galangan sawah, dan gundukan-gundukan penahan air di bibir pantai.
Air Tersegar
Dari Bandara Jeju, rombongan langsung menuju ke lokasi wisata Kepala Naga (Yongduam) yang terletak di pesisir lingkar Yongdam-2 dong pusat kota Jeju. Nama Kepala Naga merujuk pada batu karang yang menyembul di bibir pantai yang bentuknya menyerupai kepala naga.
Menurut legenda yang turun-temurun dikenalkan kepada masyarakat Jeju, Kepala Naga itu adalah raja naga yang sedang berjalan menuju Gunung Halla saat hendak mencari pengobatan. Sebelumnya, sang raja naga terpanah oleh panah beracun penguasa gunung. Racun di tubuh si raja naga hanya bisa diobati di Gunung Halla. Namun, sayang, sebelum sampai ke Gunung Halla dan baru saja kepalanya yang menyembul di permukaan air, sang naga lebih dulu tewas dan kemudian membatu.
Angin yang kencang dan pemandangan laut dengan air yang jernih menambah nuansa berbeda di tempat wisata ini. Konon, angin dan air di Pulau Jeju adalah angin dan air yang paling segar di seluruh lapisan bumi. Mungkin, karena itu pulalah ada produk air kemasan yang diberi tagline “The Most Pure Water in the World”.
Dari lokasi wisata Kepala Naga, saya dan rombongan langsung menuju ke Istana Es. Di sini, saya menikmati wisata dalam ruang yang menyuguhkan beragam bangunan yang terbuat dari es layaknya di Alaska. Sebelum masuk ke wahana, pengunjung diharuskan memakai syal atau selimut yang disediakan di pintu masuk. Selimut ini berguna untuk menahan hawa sangat dingin di dalam istana.
Di dalam istana, ada juga beragam artefak yang terbuat dari es batu. Ada beragam boneka es, rumah Eskimo, dan se luncur es. Setelah berkeliling di dalam istana es, saya dan rombongan menikmati pertunjukan lima dimensi yang lokasinya ber ada di lantai atas Istana Es. Pertunjukan ini ibarat mini bioskop dengan posisi duduk penonton berada di tengah-tengah layar yang membentang mengelilingi ruangan. Yah, mirip-mirip teater Keong Mas di Taman Mini Indonesia Indah.