Rabu 26 Feb 2014 19:25 WIB

Indonesia Dinilai Belum Optimal Kembangkan Wisata Syariah

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Hazliansyah
Sejumlah model meramaikan stan promosi Wisata Syariah Indonesia dalam acara peluncuran Gerakan Ekonomi Syariah (GRES!) di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Ahad (17/11).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Sejumlah model meramaikan stan promosi Wisata Syariah Indonesia dalam acara peluncuran Gerakan Ekonomi Syariah (GRES!) di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Ahad (17/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defisit neraca jasa Indonesia dalam lima tahun terakhir terus meningkat. 2013 angkanya melebar sebesar 10,55 persen dari 11,42 miliar dolar dari posisi sebelumnya 10,33 miliar.

Sementara hanya empat sektor dalam neraca jasa yang mengalami pertumbuhan positif. Salah satunya adalah sektor jasa perjalanan yang berhubungan dengan pariwisata.

Indonesia sendiri selain memiliki jumlah lokasi wisata yang luar biasa, juga memiliki penduduk muslim yang sangat banyak. Sayangnya, tutur Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Hendri Saparini Indonesia belum memiliki kepedulian besar di sektor pariwisata, khususnya syariah.

Padahal dua negara tetangga Indonesia, Malaysia dan Singapura begitu gencar dalam promosi. Selain itu kedua negara ini juga memberikan kenyamanan dan keamanan lebih, misalnya melalui sertifikasi halal.

"Ini bukan soal religion, ini murni bisnis," tutur dia dalam diskusi Core ''Meredam Defisit Neraca Jasa: Menciptakan terobosan di Sektor Pariwisata'', Rabu (26/2).

Ia menambahkan, jangankan soal pariwisata, terkait RUU Jaminan Halal saja tak berjalan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement