Rabu 19 Feb 2014 17:00 WIB

Jalan Kaki Keliling Washington DC (1)

Rep: Elba Damhuri/ Red: Indira Rezkisari
US Capitol Building menjadi salah satu ikon Washington DC.
Foto: Jason Reed/Reuters
US Capitol Building menjadi salah satu ikon Washington DC.

REPUBLIKA.CO.ID, Sopir taksi kelahiran Mesir, Mohammad, meng antar saya menuju Hotel Melrose Garden dari Bandara Washington Dulles, perte ngahan April tahun lalu. Matahari bersinar cerah, angin bergerak pelan, dan sejauh mata memandang hamparan pohon terlihat asri, menghibur perjalanan ke pusat Kota Washington. “Hari ini cuaca cerah dan semua orang datang ke Washing ton,” kata Mohammad.

 

Sepanjang jalan Mohammad bercerita tentang Washington DC, mulai dari enaknya hidup di sini, ramahnya antarmasyarakat, toleransi tinggi, hingga bedanya DC dengan New York. Di New York, kata dia, pandangan mata tertutup rapat gedung-gedung tinggi. Semua orang sibuk dan tidak saling kenal dengan baik.

Sedangkan, Washington berbeda. DC memberikan suasana damai dan tenang. Pandangan mata terbuka luas dan lebar, tak tertutup gedung-gedung tinggi. “Anda tahu, DC tidak memiliki gedung tinggi, apalagi pencakar langit. Semua tinggi gedung di sini tidak boleh melebihi tingginya Gedung Capitol di Capitol Hill,” kata Mohammad yang memiliki tiga anak itu.

Tinggi Capitol Dome di gedung hanya 88 meter. Pre siden Jefferson yang menge luarkan UU pelarangan tinggi bangunan ini agar DC tetap nyaman, tenang, damai, dan tenteram. Dan memang, seperti kata Mohammad, DC bukan kota bisnis hebat seperti New York.

Setengah jam perjalanan, saya sampai di Hotel Melrose di wilayah Pennsylvania Ave nue. Ongkos taksi yang harus saya bayar 65 dolar, plus tip 10 dolar. Total 75 dolar AS. Tip menjadi bagian penting dunia kerja di semua wilayah di AS. “Anda harus memberi tip kepada siapa pun yang bekerja dengan gaji standar,” begitu pesan Mohammad.

Setelah istirahat beberapa jam di hotel, saya mencari informasi tentang Kota Washington. “Berapa lama Anda berada di DC?” tanya satu petugas hotel, Richard. Saya katakan kurang lebih 11 hari, tetapi saya hanya mempunyai waktu luang dua hari.

Dua hari, kata Richard sambil mengerutkan dahinya, merupakan waktu yang sempit. Jika menyewa mobil, dia melanjutkan, bisa mendatangi semua tempat wisata. “Jika jalan kaki, Anda hanya bisa mengunjungi tempat-tempat paling terkenal. Anda mau jalan atau sewa mobil?” Saya pun pilih jalan. 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement