Kamis 13 Feb 2014 13:36 WIB

Lereng Terjal Grand Canyon (2)

Rep: Teguh Firmansyah/ Red: Indira Rezkisari
Lima juta orang tercatat menyambangi Grand Canyon setiap tahunnya.
Foto: Robert Galbraith/Reuters
Lima juta orang tercatat menyambangi Grand Canyon setiap tahunnya.

REPUBLIKA.CO.ID, Setelah puas melihat pemandangan di titik pertama, kami pun bertolak menuju tempat selanjutnya. Di tengah perjalanan yang mulai memasuki hutan pinus, kami beruntung dapat melihat sejumlah rusa besar di tepi jalan. Para pengendara yang kebetulan sedang melintas menghentikan sejenak mobilnya untuk sekadar melihat ataupun mengambil gambar. Namun, tak lama rusa-rusa itu masuk lagi ke dalam hutan.

Sopir yang sekaligus menjadi pemandu kami, Rusty, kembali melajukan kendaraannya. Sambil menyetir, sesekali Rusty menjelaskan tentang kawasan Grand Canyon tersebut. Dia mengomentari sejumlah batang pohon pinus yang tampak hangus terbakar. Menurutnya, itu terjadi akibat sambaran petir.

Kami pun sempat berhenti sebentar di salah satu titik pemandangan. Seekor burung gagak hitam berdiri tepat di samping kendaraan kami. Burung itu seolah tak terganggu meskipun beberapa di antara teman saya mencoba mengambil gambar.

Di lokasi ini, pemandangannya pun tak kalah menga gumkan. Jajaran tebing-tebing curam memanjakan siapa pun yang melihatnya. Sama seperti pada lokasi pertama, hanya di tempat ini tidak ada fasilitas khusus buat para turis.

Sehingga, kami pun memilih kembali melanjutkan ke tujuan utama, yakni Desa Grand Canyon. Setelah sekitar 15 menit perjalanan, kami pun sampai ke Desa Grand Canyon. Di desa ini, jumlah turis yang datang jauh lebih banyak dibandingkan dengan titik pertama. Hal ini dapat dilihat dari jumlah mobil yang terparkir.

Beragam fasilitas pun disediakan, mulai dari kamar mandi, tempat belanja, hingga penginapan. Pemandu kami, Rusty, mengatakan, Desa Grand Canyon menjadi salah satu tujuan utama bulan madu. Di kawasan itu juga terdapat asrama khusus bagi para polisi hutan.

Tak jauh dari lokasi parkir, para turis dapat kembali melihat keindahan panorama Grand Canyon. Di sini memang tak terdapat menara atau teropong, tetapi mata telanjang kita sudah bisa melihat dengan jelas tebing-tebing serta lekukan batuan dengan corak warna-warni itu.

Para pengunjung juga bisa melihat aliran sungai di bawah jurang. Namun, wisawatan harus hati-hati karena tidak ada pagar pembatas khusus. Sehingga, pengunjung bisa terpeleset bila tidak waspada.

Di tempat ini juga disediakan keran khusus bagi para turis yang ingin merasakan segarnya air Grand Canyon. Dinginnya air cukup melegakan bagi mereka yang ingin menghilangkan dahaga.

Sekitar lima juta orang melihat keindahan tebing Grand Canyon sedalam 1,6 kilometer setiap tahunnya. Mayoritas di antaranya menggunakan bus antar-jemput atau kendaraan pribadi di sepanjang jalur Lingkar Selatan. Desa Grand Canyon yang kami singgahi sendiri merupakan bagian dari jalur selatan. Tepi selatan merupakan jalur yang paling mudah diakses dengan ketinggian 7.000 kaki atau sekitar 2.134 meter dari permukaan laut.

Menurut beragam sumber, ukiran lembah-lembah Grand Canyon dipengaruhi oleh hasil erupsi dari Sungai Kolorado yang mengalir di bawah jurang. Panjang Grand Canyon sendiri mencapai 446 kilometer dengan lebar hingga 29 kilometer serta kedalaman sekitar 1,6 kilometer. Salah satu kesulitan menuju tempat ini adalah transportasi. Sehingga, pengunjung harus merogoh koceknya untuk sampai ke sini.

Matahari pun mulai turun ke peraduan. Senja terlihat dari sisi tebing. Setelah puas memanjakan mata, kami pun memutuskan balik kembali ke hotel tempat menginap di pusat Kota Arizona. Semoga suatu saat bisa berkunjung kembali ke sini. Menikmati keindahan anugerah Allah SWT.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement