Kamis 13 Feb 2014 13:34 WIB

Lereng Terjal Grand Canyon (1)

Rep: Teguh Firmansyah/ Red: Indira Rezkisari
Lima juta orang tercatat menyambangi Grand Canyon setiap tahunnya.
Foto: Robert Galbraith/Reuters
Lima juta orang tercatat menyambangi Grand Canyon setiap tahunnya.

REPUBLIKA.CO.ID, Luar biasa. Itulah ucapan pertama saya ketika berkunjung ke taman nasional Grand Canyon, Arizona, Amerika Serikat, beberapa waktu lalu. Tebingtebing terjal dengan guratan warna merah, cokelat, dan kehijauan berpadu menciptakan sebuah simfoni kein dahan yang tak ternilai.

Tebing-tebing sedalam lebih dari 1,5 kilometer itu tidak hanya berdiri tegak memanjang, tetapi juga seperti gu nung bebatuan berliku yang terbentang sangat luas. Jauh di bawah jurang sana terlihat aliran sungai yang mengalir diapit oleh lekukan-lekukan tebing.

Siang pada awal November tahun lalu, matahari bersinar cukup terang. Walau demikian, udara di Grand Canyon ma sih sangat dingin hingga terasa menusuk tulang. Hawa dinginnya tak kalah saat kita berada di puncak Gunung Bromo pada pagi hari.

Burung-burung pun dengan leluasa mengepakkan sayapnya di atas te bing-tebing curam. Mereka tak merasa canggung dengan gunung bebatuan yang berdiri dengan gagah per kasa.

Jarak tempuh menuju Grand Canyon dari Kota Arizona, Phoenix, sekitar 4,5 jam dengan mobil. Di sepanjang jalan, kami disuguhi dengan padang gersang serta bukit-bukit kaktus. Untuk masuk ke Taman Nasional Grand Canyon ada dua pintu. Pertama, yakni jalur timur dan kedua, lewat selatan. Kebetulan waktu itu kami dari rombongan jurnalis IVLP Edward Murrow melewati pintu timur dan keluar melalui selatan.

Di sepanjang jalur taman nasional, Grand Canyon memiliki beberapa pos atau titik penglihatan. Kami pun berhenti di lokasi penglihatan pertama, Desert View Grand Canyon, sekitar lima menit dari pintu masuk.

Di lokasi ini terdapat sebuah menara lima lantai yang sengaja dibangun khusus untuk melihat panorama Grand Canyon. Warnanya kecokelatan menyerupai tebing-tebing di sekitar taman nasional. Di lantai teratas disediakan khusus teropong untuk melihat keindahan Grand Canyon. Saya sempat melihat panorama dengan menggunakan teropong. Tapi, tidak dari atas sana, tapi di titik penglihatan di luar menara.

Dengan menggunakan teropong, kita bisa lebih jelas melihat material bebatuan yang berada jauh di bawah jurang. Dari atas menara, wisatawan pun bisa mengambil gambar dari ketinggian meski terhalang oleh kaca yang menutup permanen jendela menara.

Sementara, di lantai paling bawah menara disediakan beragam suvenir ba gi para turis yang ingin membeli oleh-oleh. Dari mulai kaus, gantungan kunci, kartu pos, hingga hiasan kulkas. Turis yang datang tidak hanya dari negara-negara Barat. Beberapa di antaranya terlihat dari Asia, seperti Jepang. Mengingat atensi cukup tinggi turis asing, petugas di pintu masuk menyediakan koran panduan wisata dengan berbagai bahasa. Termasuk, di antaranya, berbahasa Jepang.

Biaya masuk ke Taman Nasional Grand Canyon cukup terjangkau. Bagi ken daraan pribadi dikenakan 25 dolar AS untuk tujuh hari. Sementara, perusahaan agensi dikenakan 80 dolar AS yang berlaku selama setahun. Untuk personel militer AS aktif, bebas kartu masuk selama setahun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement