Oleh: Mohammad Akbar
REPUBLIKA.CO.ID, POSO -- Danau Poso terletak di Tentena. Dari Kota Poso, jaraknya sejauh 56 km atau dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam. Untuk menuju Tentena ini, laju kendaraan harus sedikit berhati-hati. Ruas jalannya berkelok-kelok karena harus menembus hutan tropis dan menyisir pantai. Danau ini berada di atas ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Danau Poso memiliki air yang sangat jernih. Walau pada musim hujan banjir datang dari sungai-sungai yang mengarah ke danau ini, perairan Danau Poso tak pernah keruh. ''Selain itu, airnya juga tidak pernah membuat wilayah sekitarnya menjadi banjir,'' kata Rea Bonto.
Untuk bisa menikmati perairan di danau ini, terdapat pula penyewaan perahu motor. Dengan menggunakan perahu, para pelancong dapat melihat pesona keindahan danau yang dihiasi alam perbukitan yang mengitarinya.
Nah, bagi yang memiliki hobi memancing, di danau ini tersedia juga sejumlah lokasi pemancingan. Saat mengelilingi danau, saya sempat melihat seorang pemancing. Badan lelaki itu hanya terlihat sebatas dada. Di hadapannya terlihat sebuah joran pancing. ''Biasanya, kalau tidak pasang banyak yang memancing seperti itu,'' kata Rea Bonto.
Perlu pula dicatat, di danau ini terdapat ikan endemik atau ikan yang hanya ada di Danau Poso. Masyarakat lokal menyebutnya ikan sidat atau ikan sogili. Ikan sejenis belut ini ada yang memiliki panjang sampai dua meter.
''Ikan itu hanya ada di Danau Poso,'' Rea Bonto dengan bangga menceritakan.
Dengan berwisata ke Danau Poso, banyak pula yang dapat ditemukan. Di antaranya, sekumpulan batu terapung. Masyarakat setempat menamakannya Watu Ngonggi dan Watu Asa Mpangasa Angga. Watu Ngonggi ini adalah sekumpulan batu-batu yang bisa mengeluarkan bunyi jika dipukul.
Selain menyimpan keindahan alam, danau ini juga menyimpan sebuah misteri. Misteri yang sudah menjadi cerita turun-temurun masyarakat sekitar itu adalah hadirnya penerang layaknya lampu petromak. Lokasi dan waktu kemunculannya tak pernah bisa ditentukan.
''Cahaya itu bergerak cepat dan selalu berpindah-pindah, kadang menghilang dan munculnya lagi di tempat yang lain,'' kata salah seorang warga di Desa Leboni.